Dulu aku juga sering berbincang dengan mama. Tiap kali pulang ke rumah saat libur sekolah, semua hal yang aku alami, aku ceritakan pada mama. Bahkan nama serta karakter temanku, yang mungkin sampai saat ini mama tak pernah bertemu langsung dengan mereka, tak ada yang luput.
Pertama kali tinggal di asrama, semua kisah-ku selama setahun, aku rangkum dalam sebulan. Perbincangan kadang dilakukan sebelum tidur, saat menonton acara televisi atau kadang di sela-sela kitchen time kami. Jangka waktu libur sebulan dalam setahun itu selalu jadi momen yang aku tunggu-tunggu tiap tahunnya. Saat itu, aku bisa menumpahkan segala apa yang aku rasakan, apa yang aku alami, kepada mama seorang. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman dengan mama.
Dua belas tahun berlalu sejak saat itu. Sekarang mama sudah jarang mendengar cerita-ku lagi. Aku sendiri pun tidak menyadari sejak kapan semua ini berjalan. Aku tak lagi menceritakan kisah-ku seperti dulu. Masih, aku masih bercerita pengalaman-ku, namun tak se-intens dahulu. Masih, aku masih bercerita tentang teman-teman asrama-ku juga teman-teman kontrakan-ku tapi tak se-detail dahulu.
Saat ini aku mungkin harus mencoba untuk bisa bercerita seperti 12 tahun yang lalu. Namun sayang, aku bukan lagi anak berumur 12 tahun. Mungkin, karena semakin berusia-nya diriku, karena itu pula semakin berkurangnya lembar cerita-ku untuk mama.