Bagaimana kiranya rasanya menjalani hidup di tempat orang lain, menjalani hidup seperti seseorang yang kita kagumi, memiliki bakat seperti yang dimiliki orang lain, menjalani kuliah di almamater terbaik di negeri ini. Rasa penasaran itu sering muncul dalam hari-hari kita. Setiap mata kita memandang kagum pada orang lain. Bagaimana rasanya?Bagaimana bila kita bukanlah kita, kita berada dalam tubuh orang lain. Menjadi seseorang yang lain, menjalani hidup yang sepertinya terlihat begitu menyenangkan. Kita tidak harus bersusah payah dengan otak yang pas-pasan, tidak perlu pusing memikirkan ujian di jurusan kuliah yang kita sendiri tidak tertarik menjalaninya. Kira-kira bagaimana rasanya? Sepertinya menyenangkan.Kita bisa jadi terlalu sibuk memikirkan bagaimana rasanya menjadi orang lain. Kesibukan itu membuat kita lupa merasakan setiap rinci apa yang telah kita alami. Sesuatu yang seharusnya menjadi pembelajaran berharga bila kita mau belajar. Mengapa kita diciptakan sebagai kita saat ini? Dengan segenap masalah-masalah, dengan paras yang seperti ini, dengan kemampuan otak dan tangan yang sepertinya pas-pasan. Mengapa kita tidak diciptakan seperti mereka, tidak dilahirkan dalam keluarga yang kaya raya seperti mereka, sehingga kita tidak perlu bersusah payah berhemat atau mencari penghidupan?Ku kira, Tuhan tahu betul dimana posisi kita. Pernahkah kita berpikir, bila kita lahir di keluarga kaya raya, jangan-jangan kita akan menjadi sombong? Tuhan tidak menghendaki itu terjadi pada kita, kita dituntut belajar tentang kesederhanaan, merasakan bagaimana susahnya hidup dengan sedikit uang. Pernahkah kita berpikir, bila kita lahir dengan paras yang sangat menawan, jangan-jangan kita menjadi sombong? Tuhan, sekali lagi, tidak menghendaki itu terjadi kepada kita, kita dituntut belajar bahwa menilai seseorang bukanlah dari paras yang menawan.Setiap kali kita merasa iri, setiap kali kita merasa ingin berada di posisi orang lain. Coba lihat seseorang yang jauh berada di bawah kita. Orang-orang yang hidupnya berjuang lebih keras daripada kita. Orang-orang yang mendambakan berada dalam posisi kita. Tahukah kita bahwa apa yang sedang kita jalani dan miliki saat ini ternyata menjadi impian yang sangat besar untuk orang lain? Kita sedang menjalani sesuatu yang hanya menjadi impian bagi orang lain. Kuliah, sekolah, memiliki gadget terbaru, jalan-jalan, dan apapun itu.Semoga kita semua menyadari hal itu, sehingga kita tidak perlu resah. Dan kita kembali bersyukur bahwa hidup yang kita miliki saat ini. Sungguh sesuatu yang paling tepat untuk kita.
dikutip dari http://kurniawangunadi.tumblr.com/
Minggu, 31 Agustus 2014
Tulisan : Menjalani Hidup Kita Saat Ini
Jumat, 09 Mei 2014
8 MEI 2014
Defenisi yang sangat horror, dan sangat berarti |
Hari itu, umurku tepat ¼ abad. Sudah setua
itukah aku berada di dunia fana ini?. Wah, Jika dikalikan dengan jumlah hari
dalam setahun, maka hampir seribu hari aku menghirup oksigen di muka bumi ini. Sudah
berjuta-juta energi yang aku serap dan aku lepaskan. Sudah bermacam-macam rasa
telah mampir di hari-hari dalam hidupku. Ini lebay pemirsa, Tapi yang pasti saat ini aku bukan ingin menghabiskan pikiran
gila tentang makna hidup selama ini. Biarlah itu menjadi bagian rahasia antara
aku dan Tuhanku. Saat ini, aku hanya ingin menuliskan rasa syukurku, rasa
terima kasihku, dan semua rasa senang dan bahagiaku di sini. Hanya itu.
Hari itu. Seperti biasa, aku mengecek HP,
untuk melihat apakah ada kabar penting semalam yang telah aku lewatkan. Tak ada
apapun. HP aku matikan untuk pengisian daya baterainya alias di-charge (susah amat sih ngomongnya,hahaha) Setelah melaksanakan serangkaian
rutinitas subuh hingga menjelang pagi hari baru kemudian aku menyalakan kembali
HP tersebut. Terdapat 1 notifikasi di WA grup Master of AgriEng’13 dan
facebook. Karena WA lebih cepat untuk diakses maka terlebih dahulu aku
membukanya. Estri, adik dan teman kelasku di sini, mengucapkan HBD lewat message di grup tersebut. Senyum manis
tersungging di bibirku saat membaca message tersebut. Bahagia itu sederhana.
Setelah cek ricek WA usai, lanjut dengan pengecekan FB. Ada satu notif yang mengabarkan bahwa sister Dwi dan kk Niar juga mengucapkan HBD di timeline-ku. Level bahagiaku meningkat sepuluh derajat. Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Setelah itu susul menyusul saudara-saudaraku di grup Master of AgriEng’13, grup CSS MoRA IPB 44 dan FB mengucapkan HBD untukku. Rona wajahku cerah dan senyumku semakin lebar rasanya. Mungkin seperti inilah bahagianya kedua orang tuaku saat aku hadir di tengah-tengah mereka. Aku coba memejamkan mata menghirup udara segar dan membiarkan seluruh jaringan sarafku menjalarkan bahagia ke seluruh anggota tubuhku. Bahagia itu sungguh sangat sederhana.
Sedikit flashback. Saat usia 8 tahun, nenek pernah memarahiku sebab aku bersikap kasar kepada sepupu perempuan-ku. Kalimat yang terlontar dari mulut nenek saat itu masih sangat lekat dalam ingatanku. “jangan kasar terhadap saudara sepupumu, ingat, kamu tidak punya saudara perempuan”. Pada saat itu, aku belum bisa memahami makna kalimat nenek. Namun sekarang aku mengerti. Banyak makna tersirat dalam kalimat itu. Dan berkat kalimat itu pula aku bisa memiliki saudara perempuan yang banyak, saudara perempuan yang lebih dari “kandung”. Di setiap tempat yang aku tinggali aku selalu mendapatkan saudara baru. Dan aku selalu berusaha untuk senantiasa mensyukuri semua itu.
Cantiiik...terima kasih semuanya :) |
sukaaa.... |
Kerudungnya cocok dengan bajuku yang itu :) sukaaa |
Tau aja kalau aku sukaaaa banget sama puding :) |
Terima kasih untuk segala ucapan dan doa yang mengalir buatku di hari itu. Terima kasih dan semoga Allah membalas semuanya dengan kebaikan yang tak terhingga sampai nanti. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin :)
Selasa, 22 April 2014
Borobudur - for the first time (2end)
Hai
bertemu lagi dengan kami yang untuk pertama kalinya berwisata ke Borobudur. :-D
Apa
yang kalian rasakan saat melihat bangunan tua nan bersejarah itu tepat berada
di depan mata kalian?
Senang
luar biasa. Senang banget dong. Bisa berkunjung ke candi yang hanya bisa
dilihat dari buku-buku pelajaran IPS saat SD, yang hanya bisa dilihat lewat
siaran TV. Apalagi untuk kami berdua duo
es (Sulawesi dan Sumatera) hahaha.
Sesaat
setelah sampai depan pintu gerbang menuju Candi, terlebih dahulu kami melepas
lelah. Bukan melepas sepatu apalagi melepas baju. Ditambah lagi cuaca memang
sungguh sangat panas hari itu. Sambil menunggu para pria selesai jum’atan, kami
menumpang berteduh dari teriknya sengatan matahari di bawah pohon di sekitar
loket penjualan tiket masuk. Begitu jum’atan selesai, kami pun langsung menuju masjid
tersebut. Ada sesuatu yang tidak terduga terjadi selepas kami keluar dari
masjid. Saat akan mengenakan sepatu, aku,
sambil celingak-celinguk ke sana ke mari mencari sesuatu.
“ngapain
Petri?” Kata ka Maya.
“sepatu
aku ga ada, ka Maya” jawabku.
“coba
cari di tempat mas yang lagi ngelap sepatu itu” kata ka Maya lagi.
“udah
dicari tapi kok ga ada ya, di situ yang ada Cuma warna hitam” kataku.
‘coba
tanya mas nya, Petri” lanjut ka Maya.
Aku
pun menanyakan perihal sepatuku yang hilang entah ke mana tersebut. Menurut
keterangan dari mas yang ngelap sepatu, dari tadi hanya ada sepatu warna hitam
itu di situ, dia ga melihat keberadaan sepatu aku yang berwarna coklat. Dan
pada akhirnya aku merelakan untuk membeli sendal baru di kios penjual
cinderamata. Sepertinya sepatu itu sudah bertukar pemilik. Emang dasar sepatu
pasaran yah, banyak yang sama. Hihihi
Setelah
pengurusan sepatu beres, kami pun menuju loket penjualan karcis masuk. Yes,
akhirnya kesampaian juga melihat langsung candi ini gumamku dalam hati.
Jarak bangunan candi dari pintu masuk
pemeriksaan karcis tersebut lumayan jauh pemirsa. Dan ingat, kami ke sana saat
matahari begitu terik dengan sengatan tajamnya. Sebenarnya di luar tadi ada
beberapa tawaran untuk menyewa payung, namun ditampik oleh kami. Alasannya
apalagi kalau bukan “ini wisata murah meriah”. Ditambah lagi, pengalaman
tinggal di Kota Hujan selama 4,5 tahun membuatku selalu membawa payung, walaupun
“payung egois” (hanya muat untuk seorang) ke mana pun aku pergi.
Semakin jauh kami melangkah, teriknya
mentari semakin terasa. Payung pun kami kembangkan untuk sekedar menahan
paparan sinar ultraviolet agar tak mengenai kulit kami. Tsaah, bahasanya, hahaha. Mendekati bangunan candi, kami diberikan
selembar kain batik untuk digunakan sebelum menaiki Candi tersebut, dan ini
wajib dililitkan ke badan kami. Terserah di bagian mana saja, yang disarankan
sih di bagian pinggang ke bawah. Seperti menggunakan kain di pantai itu loh.
Corak kain batiknya seperti ini |
Nah beres dengan hal-perihal kain batik
ini, kami dihadapkan dengan anak tangga yang sungguh sangat bisa membuat kaki
yang tadinya sudah merasa pegel semakin bertambah pegel. Entah ada berapa anak
tangga yang kami lalui di bawah terik matahari hari itu untuk sampai ke
bangunan utama Candi Borobudur. Ternyata untuk melihat sesuatu yang Masya Allah
itu membutuhkan perjuangan yang Naudzubillah.
Ini dia wajah lelah bin kepanasan kami
setelah melewati anak tangga yang banyak tadi.
Lelah namun tetap tersenyum cantik |
Lelah namun tetap tersenyum cantik |
Kami pun menuju bangunan utama Candi dan
mulai menaiki anak tangga (lagi). Dan yang lebih menakjubkan, anak tangga di
bangunan utama candi malah lebih susah untuk didaki sebab ukuran anak tangga
sangat tinggi. kami harus mengangkat lebih tinggi sebelah kaki, untuk dapat
melangkah di setiap anak tangganya. Aku yakin dan pasti nenekku tidak akan pernah
mau berkunjung ke sini. hahaha
Capek kan? Panas kan ? pegel kan? Haus kan?
Namun tetap BAHAGIA
Model payung dadakan (2) |
Model payung dadakan (1) |
Dengan sabar dan tentunya dengan tetap
mengambil gambar di tiap sudut candi, kami menaiki anak tangga demi anak tangga
tersebut. Pada akhirnya sampailah kami di tempat ini.
Masih panas ini, kain batik udah jadi tutup kepala |
Gaya kali ini. hahaha |
Ah, tempat ini yang sangat ingin aku lihat,
stupa-stupa tersusun rapi mencoba membawa kita ke masa Dinasti Syailendra.
Seperti apa orang-orang zaman dahulu kala itu membangun tempat ini. Bahkan
menurut keterangan yang pernah aku baca, arsitek yang merancangnya beserta
konsep-konsep cara berpikirnya masih belum diketahui secara pasti hingga saat
ini. Sedikit mengenai sejarah Candi Borobudur ini, menurut seorang ahli bernama
Casparis, berdasarkan interpretasi prasasti Karang Tengah dan prasasti Cri
Kahulunan, pendiri Candi Borobudur adalah Samaratungga yang memerintah tahun
782-812 M pada masa Dinasti Syailendra. Candi ini dibangun untuk memuliakan
agama Budha Mahayana yang dianut oleh masyarakat pendukungnya pada masa itu
(menurut keterangan yang tertulis di papan informasi).
Oke, pelajaran sejarah usai dan kita
kembali ke pelajaran wisata lagi.
Lepas jepret sana jepret sini, kami pun
istirahat sebentar. Cape bo, panas lagi.
Namun cuaca seperti ini sungguh sangat
membuat kami bersyukur, Alhamdulillah. Gak kebayang kalo hari itu mendung dan
turun hujan deras. Maka foto-foto ini mungkin takkan pernah ada. Hihihi
Melewati pukul 2 siang itu, Alhamdulillah
matahari menarik sedikit sinarnya di sekitar bangunan Candi tersebut. Terik
berkurang, dan kamera yang kami gunakan memasuki fase “hampir tak bisa
digunakan” alias low bat. Kami
putuskan untuk jalan-jalan saja sambil sesekali memperhatikan turis asing yang
datang hari itu juga. Ada rombongan turis Jepang, Korea, Perancis, dan juga Belanda
yang ada bersama kami menikmati objek wisata bersejarah tersebut. darimana kami
tau kalau para turis itu berasal dari negara-negara tadi. Dari mana lagi kalau
bukan dari hasil “nguping” pembicaraan antar mereka. Hahaha. Ada juga beberapa
tour guide yang menggunakan bahasa belanda dan juga Prancis, bukan bahasa
Inggris. Kalau Korea, sangat dengan mudah kami tebak berkat hobi menonton drama
korea dan mendengarkan kpop. Oh sarangheyo. Hihihi
Dan perjalanan wisata kami pun selesai
tepat pukul 3 sore itu. kami turun dan mencari arah keluar dari bangunan Candi.
Menyusuri para pedagang cinderamata dan dengan rahmat Allah SWT, sampailah kami
ke masjid yang sebelumnya tadi. Aduh masjid apa ya namanya, lupa. Sholat ashar,
pergi makan dan say good bye to Candi
Borobudur, semoga perjalanan kami kali ini bermanfaat. Aamiin.
“Ka Maya, kapan kita ke mana? “ mengutip
pertanyaan yang sering dilontarkan Lela.
Jika kalian punya uang yang lebih, sisihkan
agar bisa digunakan berpetualang dan mengunjungi tempat-tempat yang WOW. Jangan
hanya untuk membeli barang, karena barang bisa rusak bahkan habis, namun
kenangan itu akan tetap ada.
Kamis, 03 April 2014
Borobudur - for the first time (1)
Borobudur?
Tau dong ya itu terdapat di mana. Sudah lama sekali menahan hasrat ingin
berkunjung ke salah satu dari 7 keajaiban dunia ini, dan akhirnya, seminggu yang lalu kesampaian juga ke sana. Alhamdulillah.
Hari
jumat 28 Maret 2014. Kelas kuliah pagi dimulai pukul 07.15 WIB. Karena hari itu
kelas kami (aku dan ka Maya) hanya ada satu mata kuliah, maka kami memutuskan
untuk mengunjungi warisan budaya yang menjadi kebanggaan Indonesia, Borobudur,
selepas kelas berakhir.
Oh iya, terlebih dahulu aku akan kenalkan siapa ka Maya. She is everything, buat pacarnya. hihihi. Ka Maya ini orang pertama yang aku kenal begitu aku memasuki babak baru di dunia pascasarjana UGM. Masih ingat pertama kali kenalan sama kaka ini di lantai 3 gedung lama FTP UGM. Saat itu aku nanya "mba Maya kapan jadwal pendaftaran ulangnya" kaka ini jawabnya "aku daftar ulangnya semalam". Aku pun bingung, apa iya kantor DAA nya buka sampai malam hari? Setelah mengobrol lama aku pun bisa memahami bahwa yang dimaksud "semalam" oleh ka Maya itu adalah "kemarin". hahaha. Kalau kereta yang dimaksud adalah motor, aku telah paham akan hal itu. Namun, semalam=kemarin, saat ngobrol dengan kaka inilah baru aku paham. Medan oh Medan. Kenal ka Maya dan teman-teman lainnya membuat rasa syukurku semakin bertambah. Aku selalu dikelilingi orang-orang baik dimanapun aku berada. Alhamdulillah. Curhat kan jadinya, aduuh, maap, maap. Back to the topic.
Sebelumnya
aku pernah baca di sebuah blog kalau dari terminal Jombor ada trayek bus
Jogja-Borobudur. Oleh karena hal tersebut itulah kami harus ke Jombor untuk
mendapatkan bangku di dalam bus tersebut. kami pun mencegat *bahasanya,hahaa*
bus kota di depan food park di area lembah UGM. Ternyata dan ternyata tidak ada
bus menuju Jombor yang melintas di sekitar situ. Kenek bus pertama yang
berhenti mengatakan “ayo naik sini saja, nanti turun di mirota kampus trus
nyambung lagi ke Jombor”. WEW, karena kami adalah orang asing di sini, kami pun
membiarkan bus pertama itu berlalu dengan harapan nanti akan ada bus berikutnya
yang menuju Jombor. Ternyata dan ternyata lagi, bus kedua pun menyarankan hal
yang sama seperti bus pertama tadi. Hahaha. akhirnya kami pun menumpang bus
kedua tadi tanpa ada harapan akan bus ketiga menuju Jombor. Harap maklum, kami
perantau dan hal ini biasa, punya perasaan takut dikibulin, diPHP-in, dan selalu
waspada di mana pun berada. *ngomong apa sih?*
Oke, perjalanan kami dimulai dengan menumpang bus kedua tadi, entah jalur berapa, aku lupa. Kemudian kami turun depan Mirota Kampus dan menunggu bus selanjutnya, D6, yang akan membawa kami menuju terminal Jombor. Perjalanan masih panjang. Tak lama kami menunggu, bus D6 tersebut pun melintas dan akhirnya kami benar-benar akan menuju Jombor. Setibanya di Jombor, apa yang kami cari? Bus yang menuju Borobudur lah ya, masa yang mau ke Solo. hahaha. Kata si bapak2 yang di sekitar jalur bus Borobudur tersebut "tunggu saja mba, sebentar lagi bus nya akan tiba". Maka sekali lagi kami menunggu bus. Pekerjaan menunggu ini memang pekerjaan yang bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun serta untuk apapun termasuk menunggu jodoh. Nah loh mulai ngalor-ngidul ngomongnya.
Singkat cerita kami pun telah duduk manis sambil kipasan di dalam bus Borobudur itu. Iya kipasan, karena bus-nya belum dilengkapi dengan AC. Halah sok banget nih aku, biasa pepanasan di jalan juga. hahaha. Bus yang kami tumpangi pun melaju membawa kami ke Borobudur. Walaupun bus itu sering berhenti menaik-turunkan penumpang, Alhamdulillah kami tiba di Borobudur sejam setelah keberangkatan kami. Selama sejam perjalanan itu aku sempat minta ijin ke ka Maya untuk tidur. Sumpah ngantuk banget tapi karena sungguh sangat panas dan gerah, mataku tak kunjung terpejam. Kipasan mulu. hahaha.
Sesampainya di terminal mini di Borobudur, kami pun disambut dengan para tukang becak dan delman yang menawarkan jasa pengantaran hingga depan pintu gerbang Candi Borobudur. Satu delman ditawari harga 15 ribu untuk 4 hingga 5 orang dalam satu delman tersebut. Sedangkan untuk becak 10 ribu untuk berdua. Karena hanya aku dan ka Maya, maka kami pun memutuskan untuk memilih sang becak. Tanpa tawar-menawar lagi, kami pun diantar oleh bapak becak hingga depan pintu gerbang Candi Borobudur. Ternyata eh ternyata, jarak dari terminal mini tadi hingga pintu gerbang lumayan dekat. Tak apalah, sebagai pengalaman dan juga turut membantu perekonomian sesama kita. :)
Cerita bersambung, tunggu cerita berikutnya,,hihihihi
Rabu, 19 Februari 2014
Kamu Masih Perawan?
Buat gw, pertanyaan seperti ini hanya pantas dilontarkan oleh dua orang, pertama calon suami dan kedua adalah suami. Untuk pertama kalinya gw diteror*yah, gw anggap orang yang bukan dua orang tadi, yang nanya itu adalah peneror*. Ketika pertanyaan itu muncul di layar HP, mendadak muka gw merah. Seperti ada bara api di muka gw. Panas. Seketika darah gw medidih saking panasnya bara api tersebut. LO SIAPA SIH? ORANG TUA GW BUKAN, DOKTER YANG LAGI MERIKSA GW JUGA BUKAN. Pengen rasanya gw banting HP yang ada di tangan gw saat itu. Tapi sayang, HP gw cuma satu. Hahaha.
Alhamdulillah Allah masih sayang sama gw,
sehingga gw ga perlu marah2 ke orang tersebut. Setidaknya gw masih bisa
menjawab dengan perkataan yang baik. Menurut gw.
Perlu diketahui, orang itu bukan calon
suami gw apalagi suami gw. Dia hanya seorang kerabat jauh, jauuuuuh banget
(saudaranya suaminya cucunya adenya kakek gw). Nah lho bingung. Udah ga usah
dipikirin. Kabar baiknya gw masih menganggap dia kerabat jauh (itu juga kalau
tidak ingin disebut orang asing). Dia yang tiba-tiba sok dekat dan sok akrab
mengirim pesan pendek ke gw. Dan gw, yang kalo diakrab-akrabin sama orang akan
mengakrabkan diri juga, membalas semua pesan pendeknya tersebut. Runtutan
sms-nya seperti ini. “skj” adalah si kerabat jauh, dan “gw” adalah gw.
Minggu, 02 Februari 2014
Gagal kedua kalinya, Namun tidak untuk Mary Anne's
Masih tentang poin telkomsel, minggu ini pun kami gagal mendapatkan voucher nonton gratis tersebut. Padahal udah datang lebih awal dari minggu lalu, dan masih kurang cepat dari orang lain yang udah datang duluan. Dan akhirnya kami pun harus rela pulang tanpa kesan. hiks hiks.
Eits. Tapi tenang dulu, mengobati kegagalan kami yang kedua, kami pun wisata kuliner. Kan sayang udah jalan keluar tapi nggak ngapa-ngapain.
Ide untuk wisata kuliner datang dari Dwi. Katanya ada tempat makan ice cream di Jogja yang mendapat rekor MURI sebagai cafe ice cream dengan varian rasa ice cream terbanyak. Nah, karena info ini cuma "katanya", jadi untuk lebih akuratnya, aku telusuri beberapa info yang aku tanya di mbah Google, sekaligus mencari alamat lokasi keberadaan cafe ice cream ini.
Rabu, 22 Januari 2014
Cerita Minggu Lalu Bersama Dwi dan Poin Telkomsel
Ini Cerita tentang aku yang mau nonton bioskop secara gratis pake telkomsel poin bareng Dwi.
Sudah dari jauh hari aku minta transfer poin dari hape punya papa untuk
menambah kekurangan poin di hapeku. Awal ngecek poinnya, punyaku Cuma ada 100an
lebih, sedangkan untuk dapat satu voucher tiket gratis perlu ditukar dengan 100
poin telkomsel. Karena poin di hape papa banyak dan nggak tau mau diapain,
mending aku minta aja buat nonton gratis berdua bareng Dwi, hehehe.
Sudah
searching2 di dunia maya cara penukaran poinnya seperti apa, dan itu sangat
gampang sekali, cukup datang mengantri di bioskop yang telah ditentukan dari
sono. Nanti ada petugasnya yang akan menukarkan poin tersebut langsung dari
hape masing-masing. Jadi nih ya, dari hasil obrak-abrik websitenya telkomsel
dan membongkar brangkasnya google, ketemulah aku bahwa waktu penukaran poin itu
adalah hari jum’at jam 2 siang sampai jam 4 sore. Dari beberapa blog yang aku
baca, pengalaman mereka mengatakan bahwa untuk mendapatkan gratisan itu susah,
hahaha. Mereka rela mengantri, bahkan sebelum counternya dibuka, entah itu jam
12 atau jam 1 siang.
Minggu, 12 Januari 2014
Berbagai macam alasan
Aku suka dan senang bisa bertemu
orang-orang yang baru. Banyak mengenal orang dengan berbagai latar belakang
yang berbeda. Inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa aku memilih kampus
ini sebagai tujuan jenjang pendidikan selanjutnya. Sebagai alumni dari kampus
ternama (bangga jadi alumni IPB), aku sering ditanya kenapa bisa menjatuhkan
pilihan ke kampus ini. Yah, kalimat pembuka di awal tadi menjadi alasan kedua,
alasan pertama karena kualifikasiku belum cukup untuk merebut beasiswa ke
Jepang, Australia ataupun Brazil. Alasan ketiga karena kampus ini ada di kota
Jogja, kota yang nyaman dan istimewa. Seperti ada sesuatu yang memanggil diriku
untuk datang ke kota ini lagi. Sungguh, Jogja sangat istimewa. Dan masih banyak alasan-alasan lainnya yang
bisa muncul bahkan saat aku sudah berada di sini, di Jogja berhati nyaman J
Jumat, 10 Januari 2014
Cerita yang tertunda
Karena beberapa bulan ini blog aku bermasalah, dan akhirnya aku bisa mem-posting lagi
beberapa tulisan. Senangnya. :)
Selasa , 17 Desember 2013
Bersyukur. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.
“Maka nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan”. Sungguh besar, sangat besar
karunia Allah atas hidup dan kehidupanku. Aku dipertemukan dengan orang-orang
baik yang Insya Allah juga akan menularkan kebaikannya atas diriku. Entah di
Palu, di Bogor, bahkan sekarang berada
di sini, Jogja. Aku selalu ditakdirkan dan ditempatkan Allah bersama
orang-orang yang baik. selalu dan selalu tak henti-hentinya rasa dan ucap
syukur ini terlontar dari hati dan juga lisan setiap kali sujud.
Aaahh, aku ga sanggup untuk berbahasa tingkat
dewa. Pokok’e hari ini aku sueeenange pooool. Yah ini bukan satu-satunya hari
aku senang bersama mereka. Tiap kali dan tiap saat, hari dimana aku dan mereka,
KAMI, dolan, aku pasti seneng. Khusus
untuk hari ini, mba Lela ajak Aku, Intan dan Ka Maya makan gratis alias
ditraktir sama mba Lela. Senangnya, semoga rejeki mba Lela dan juga kita semua
dilancarkan oleh Allah. aamiin!
Bersambung.
Lain kali aku mau cerita mengenai mba Lela, ka
Maya, dan Intan. Eh, tapi ini bukan menggosipkan mereka. Halah, nanti mereka
merasa sok artis lagi.hahaha
Langganan:
Postingan (Atom)