Aku ingin bercerita tentang perempuan yang sudah renta, yang sangat aku cintai dan sayangi, nenekku. Beberapa menit yang lalu aku menghubungi Hamit, adikku, via Phone dan terciptalah ide untuk menorehkan secuil kisah tentang apa yang kami perbincangkan saat itu. Sekedar pengantar saja, saat ini Hamit sedang menempuh kuliah di Universitas Tadulako di Palu dan tinggal di rumah tante (kakak dari bapak).
Saat aku bertanya mengenai kabar nenek, Hamit berkata "nenek udah ga sabar pengen pulang ke rumah, bahkan bibit durian yang ditanamnya telah dikemas rapi ingin dibawa pulang".
Nenek hebat kataku, untuk ukuran usia setua nenek, beliau masih punya semangat untuk berbuat sesuatu yang aku pikir mungkin tidak ada gunanya untuk beliau. Sebenarnya jika ingin dengan mudah dan cepat, tante pasti sudah membelikan bibit durian untuk nenek.
Banyak pelajaran yang dapat aku ambil dari nenek. Beliau hanya ingin makan dari sesuatu yang diusahakan dengan tangannya sendiri. Pohon durian yang ditanamn secara normal mungkin baru akan berbuah dalam kurun waktu paling lama 10 tahun mendatang. Namun demikian nenek masih punya keyakinan bahwa beliau masih akan menikmati usahanya tersebut. Walaupun aku tahu, umur kita di dunia ini hanya Allah SWT yang tahu sampai kapan akhirnya.
Nenek masih memegang prinsip untuk " bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok", seperti yang ada dalam hadits Rasulullah SAW. Satu lagi yang aku yakini kenapa beliau ingin menanam pohon durian tersebut adalah untuk anak cucu cicit beliau. Nenek adalah orang yang peduli bahkan untuk hal yang mungkin sebagian orang telah dianggap sepele.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar