Tes Potensi Akademik

Minggu, 01 November 2015

Hanya dapat berucap Terima Kasih

Setelah lulus kuliah di Jogja ngga serta merta bikin aku lupa dengan jasa orang – orang yang udah bantuin aku selama ini sampe bisa survive selama dua tahun di sana. Aku pengen nyampein rasa terima kasihku lewat catatan kecil ini.

Yang pertama, terima kasih kepada orang-orang yang dengan diam-diam menengadahkan tangannya seraya berdoa memohon keselamatan dan kesehatan serta segala kebaikan buatku. Kemudian terima kasih kepada orang tua, Papa Mama, yang selalu aku kangenin, yang segalanya buatku. Terima kasih kepada Tante Moti yang juga sayang padaku (pernah waktu itu nelpon ke sana, dan ngasih tau kalau aku sedang sakit, berbagai wejangan dikasih tau sama tante dan aku merasa itu tulus banget dan ngga tau kenapa saat itu juga mataku jadi berkaca-kaca). Terima kasih kepada nenek, Om dan Tante yang sudah membantu selama ini, yang jadi tempat berteduh dalam suka maupun duka, dan yang selalu nganterin ke bandara kalo aku ke Jogja. Terima kasih kepada Patua yang udah bantu dalam segala hal. Terima kasih kepada Ma’ade dan Ma’tua atas perhatian dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada ka Indri dan ka Ina yang selalu jadi sosok inspiratif buatku. Ka Indri yang mandiri, yang pernah jadi tempat pinjam uang saat benar-benar kepepet, yang selalu menyemangati, yang semangat belajar. Ka Ina yang selalu perhatian, yang bantu ngurusin beasiswa pemprov, yang semangat bekerja. Terima kasih kepada Ka Indra yang selalu jadi tempat ngutang tiket kalo mau pulang. Terima kasih kepada adek-adekku, ponakanku semuanya, yang selalu nungguin kepulanganku.  

Terima kasih kepada Ayunk yang udah mau nampung aku selama beberapa hari di Bogor waktu mau minta rekomendasi dosen dan ujian masuk UGM, Terima kasih kepada Pak Rokhani dan pak Yamin yang udah mau ngasih rekomendasi untuk lanjutin kuliah lagi. Terima kasih kepada si Mbah, yang selalu berdoa untuk kesuksesanku dunia akhirat. Terima kasih kepada Mba Tri dan Lintang yang setia mendengarkan keluh kesahku dalam bentuk curhatan. Terima kasih kepada Mba Afni, kakak yang selalu berbagi waktu dan cerita selama dua tahun di kosan. Terima kasih kepada Alfi, Prima, Widia, dan Wali, adek kosan yang baik hati, rajin menabung dan tidak sombong, yang selalu jadi teman jalan ke perpus, ke lab, ke sunmor, ke mall, ke happup. Terima kasih kepada group WA CSS MoRA IPB angk.44 yang selalu meramaikan hari-hariku dengan notif chat sebanyak-banyaknya, yang selalu jadi urutan teratas di kolom chat WA-ku, yang topik obrolannya beragam dan aku suka itu, ga bosen bosen chating sama group ini. Terima kasih kepada segenap teman sekelas Master of Agric.Engineering UGM 2013, kepada Umi yang selalu aku repotin, mulai dari tugas-tugas kuliah, ngelab untuk bahan tesis, pendaftaran wisuda dan masih banyak lagi kerepotan-kerepotanku yang udah dibantuin sama Umi. Kepada Mba Putri, mba yang selalu mau mendengarkan ceritaku, teman belajar bareng dan ngerjain tugas bareng. Kepada ka Icoem yang selalu ngasih semangat buat ngelab, ngerjain tesis, dan ujian. Kepada Nay dan Anting, adek-adek yang jadi temen ngelab di TPP. Kepada Yuli, Mba Risti, Mba Andra, Zakiyah, Sulis, Sieta Sani, Estri, Noto, pak Nugi, Kahfi, Farhan, Basit, dan Dion. Atas segala kebersamaan, kekeluargaan, kehangatan dan keramahan selama duduk di bangku kuliah. Terima kasih kepada Dosen Pembimbing dan juga Bapak Ibu Dosen atas segala ilmunya yang telah dengan ikhlas dibagi kepada kami, yang dengan sabar mendidik dan membimbing sehingga perjalanan di kampus bisa selesai dengan baik. Terima kasih kepada segenap pegawai, bapak ibu pegawai fakultas, pegawai perpus, pegawai laboratorium dan kepada bapak-bapak satpam yang udah bantu dan jagain selama ini. Terima kasih kepada om pilot, paman nahkoda, supir taksi, supir ojek, supir TransJogja, abang becak yang udah nganterin dengan selamat sampe di manapun tujuan akhirku. Terima kasih kepada  para pedagang warung makan Kiken soup, Foodzone, Tazkiyah, Cak Wawan, Bu Amad, Bubur GM, burjo geulis dan semua pedagang warung makanan yang selalu menyediakan makanan lezat, bergizi dan murah tentunya.

Terima kasih buat Iiz dan Mufida yang udah ngasih tumpangan dan makanan, dan nganterin kita (aku dan Dwi) maen-maen di Malang dan Surabaya. Terima kasih buat beloved kk Niar dan suami yang menyempatkan diri untuk bertemu di sunmor dan bandara, sekedar untuk melepas kangen. Terima kasih kepada Rizki yang menyempatkan mampir ke Jogja walau cuma bisa ketemu di Stasiun Tugu padahal udah diajak nginep di kosan malah ga sempat. Terima kasih kepada Nurul yang pernah nemenin Mba Petri di kosan. Terima kasih kepada Mita yang mau diajak susah-susahan ke Jogja naek bus ALS (masih ingat gimana paniknya aku tiba-tiba nomor Mita ga bisa dihubungi seharian, di waktu yang seharusnya dia udah nyampe, hahaha)

Kedua dari terakhir, terima kasih kepada sister Dwi PL yang selalu punya pertanyaan “mau ke mana kita, Pet?” kalo lagi punya kendaraan, yang kosannya selalu jadi tempat pulangku (berasa pulang ke rumah soalnya), yang selama 2 tahun di Jogja belum pernah ngerasain saparella, sama kayak aku, hahaha. Dan yang terakhir super big thanks to ka Maya, Lela, dan Intan, kalian teman, sahabat juga saudaraku. Dimulai dari hari pertama di kampus, perkenalan, ngisi krs bareng, minta ttd pak Saiful bareng, trus Intan nganterin aku pulang, dan ka Maya dianterin Lela ke hotel. Dimulai dari situ hingga kalian selalu jadi teman hangout. Terima kasih kalian udah mau nemenin di masa-masa kita ga punya tempat tidur (nginep di lab,hahaha). Intan yang suaranya lembut, ka Maya yang bijak tapi kadang suka bingung sendiri, dan Lela yang suka panikan. I will always miss you GAES. Kangen pertanyaan Lela, “kapan kita ke mana?”. Atau pertanyaan yang ga pernah ada jawaban pasti, “mau makan apa?” terserah. Seperti yang pernah aku bilang, aku ga punya saudara kandung perempuan, tapi aku punya saudara perempuan yang lebih dari kandung. dan itu adalah kalian.

Dan terima kasih untuk semua yang tak tersebutkan namanya dalam tulisan ini. Semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan yang berlipat ganda. Aamiin Allahumma Aamiin.



Jumat, 14 Agustus 2015

Farewell Trip to Karimun Jawa, (part.Siji)

Sabtu 8 Agustus 2015 adalah hari bersejarah bagi kami bertiga, Aku, ka Maya dan Intan. Hari dimana pertama kalinya kami menginjakkan kaki di salah satu pulau yang menjadi destinasi wisata hampir semua orang Indonesia. 

Prolog yang cukup lebay menurutku. hahaha

Tapi iya, hari itu gelombang dan cuaca laut yang akan kami seberangi cukup cerah dan bersahabat, sehingga kapal Ferry Siginjai yang mengantarkan kami menuju Karimun Jawa diizinkan untuk berlayar. Perjalanan Jepara-Karimun Jawa menggunakan Siginjai ini memakan waktu hingga 4,5 jam. Kapal bertolak dari Pelabuhan Kartini, Jepara menuju Karimun Jawa pada pukul 7 pagi. Sebenarnya sih ada kapal express yang lebih cepat (Jepara-Karimun 2 jam), namun dengan pertimbangan dana yang minim, akhirnya kami memilih untuk menggunakan Siginjai ini. Dengan harga 57 ribu Rupiah, suasana kapal sebanding dengan apa yang kita bayarkan. Cukup nyaman jika masih beroleh tempat duduk. 

Selama 4,5 jam pelayaran tersebut, kami bertiga, terutama aku hanya memejamkan mata, tertidur, bangun, ngobrol sebentar, memejamkan mata lagi, tertidur lagi, bangun lagi, melirik kanan-kiri dan hampir seluruh penumpang di ruangan kami khusyuk dengan alam mimpinya, memejamkan mata lagi hingga sampailah kapal tersebut di Pelabuhan Karimun Jawa. Benar-benar perjalanan lama dan membosankan menurutku. 

Setibanya di Pelabuhan Karimun Jawa, kami langsung mencari staff agen tour yang kami pilih sebelum hari keberangkatan. 

Bukan iklan, bukan promosi, kami bertiga sampai di sana menggunakan jasa Agen  KompakTour. Dari paket yang telah kami pilih, kami memperoleh fasilitas tiket Siginjai PP Jepara-Karimun Jawa, homestay, sarapan dan makan siang, sewa kapal kecil dan alat snorkling +tour guide, dan dokumentasi foto-foto underwater. 

Setelah bertemu dengan staff agen tour yang bertugas tersebut, bersama rombongan yang lain, sesama pengguna jasa  kompaktour, kami diantar menuju homestay. Jarak pelabuhan ke homestay cukup  dekat, sekitar 2-4 menit menggunakan kendaraan bermotor. Mengingat mandi terakhir kami adalah sore di hari jumat, sesampainya di homestay yang pertama dilakukan adalah membersihkan diri a.k.a mandi. Istirahat. Empuknya kasur mengantarkan kami ke fase terdalam dalam alam bawah sadar. Lebih dalam dan lebih dalam lagi. Ini kayak mau dihipnotis. hahaha.

Hari pertama ini belum ada aktivitas tour dari agen sehingga yang kami lakukan di sore harinya adalah jalan-jalan mengitari alun-alun yang berjarak 5 menitan jalan kaki dari homestay. Jangan dibayangkan alun-alun di sini seperti alun-alun di Jogja atau Malang. Alun-alun di sini adalah sebuah lapangan sepakbola, dipinggir laut, dekat dengan dermaga kecil sehingga angin berhembus cukup kencang.  Cukup banyak yang berjualan makanan di pinggir lapangan tersebut. Setelah terpilih kandidat penjual makanan yang akan kami singgahi untuk numpang makan, kami pun duduk depan gerobak jualannya dan memesan menu sesuai selera. Intan memesan Siomay, Aku dan Ka Maya memesan batagor. Seporsi makanan yang kami pesan berharga 9 ribu. Walaupun tidak seenak batagor Bandung asli (ya iyalah, bukan di Bandung) lumayan untuk menutupi lapar akibat pelayaran penyebrangan yang cukup lama di pagi hari tadi. 


Kamis, 14 Mei 2015

8 Mei 2015

Tanggal 8 Mei 2015 jatuh pada hari Jumat dan hari terakhir aku berada di kota Kendal.

Sehari sebelumnya. 
Masih di kediaman Lainil, rumah yang jadi tempat melepas lelah setelah acara pernikahan Nurus.

Kumandang adzan maghrib pada kamis sore itu baru saja usai. Sesaat setelahnya, Hp nokia-ku berdering. Nada dering khusus panggilan keluarga. Dengan segera aku menekan tombol hijau di hape nokia kesayanganku tersebut. Terdengar suara berat seseorang dari seberang sana. Suara Papa. Setelah mengucap Salam, Papa menanyakan posisiku saat ini. Pertanyaan kedua yang pasti dan selalu ditanyakan saat kami berbincang melalui telepon.

Sebelumnya, aku telah meminta izin dan memberi kabar bahwa akan berkunjung ke nikahan salah satu teman di Kendal. Mama menanyakan seperti apa acara prosesi adat dan kebiasaan orang-orang di sini saat melangsungkan upacara pernikahan. Dan perbincangan mengalir seperti biasa. Sebelum menutup telepon tak lupa aku menitipkan pesan untuk adikku. Aku meminta hadiah ulang tahun darinya. Hahahaha. Kakak yang semena-mena.

Saat topik obrolan kami berganti menjadi ‘ulang tahun’,  Mama menanyakan berapa usiaku tahun ini. Seketika aku berpikir, jangan-jangan aku bukan anak mereka. Aduh, efek sinetron mana lagi ini. Hahaha.

Mama  berujar, bahwa saat usia mama seusiaku saat ini, beliau sudah memiliki tiga anak dan pensiun dari melahirkan. “kamu udah tua di sekolah, nak” begitu kira-kira kata Mama. Walaupun Mama dan Papa seakan meledekku. Namun tak pernah sekalipun mereka menanyakan kapan aku akan menikah. Pertanyaan yang paling aku benci saat ini.  Tahun ini, usiaku memang telah melewati ¼ abad.  Dan belum pernah ada seorang pria yang mengenalkan diri kepada mereka sebagai teman dekatku.
Kenapa jadi melow seperti ini tulisanku.

Kembali ke topik utama. Sama seperti orang-orang pada umumnya. Paling tidak mereka memiliki beberapa hari spesial dalam hidupnya dan salah satunya adalah hari ulang tahun mereka sendiri. Begitupun denganku. Delapan Mei adalah hari spesial dalam hidupku. Hari ulang tahunku.

Intan adalah yang pertama mengucapkan doa-doa untukku di hari itu. Disusul kemudian dengan Fadlia Muhadjir, saudaraku seiman seatap selama 6 tahun di pondok pesantren. Kemudian saat tiba kembali ke rumah kos, mba Afni, Lintang dan Mba Tri juga mengucapkan selamat ulang tahun untukku.

Sehari kemudian, di sabtu sore. Laela mengirim pesan lewat bbm, menanyakan apakah aku berada di kos atau tidak. Laela ingin meminjam helm. Oke, kataku, aku di kos dan memang tidak berencana keluar malam itu.

Pukul 7 lebih 15 menit, setelah aku mengakhirkan doa selepas isya, Laela sudah nongol depan pintu kamarku yang memang sengaja kubuka.

“aku tunggu kabar dari temenku dulu ya kak Petri” kata Laela

“emang mau jemput teman di mana, Lela?” tanyaku

“di Janti, kak Petri” jawab Laela

“temannya dari mana?” tanyaku lagi.

“dari ini, mmm, apa nih, dariiiii Purbalingga, iya Purbalingga” jawab Laela sambil mengutak-atik smartphone nya.

Tak lama berselang setelah Laela menjawab pertanyaan terakhir tadi, tiba-tiba dua perempuan kece muncul di depan pintu kamarku sambil membawa sekotak pizza sembari mengucapkan “selamat ulang tahun”. Waah aku begitu terkejut dan terharu. Ternyata teman yang dimaksud Laela adalah dua perempuan ini. Dan kenyataannya, mereka berdua berasal dari Banjarnegara dan Medan. “ini mah bukan dari Purbalingga, Lela” sahutku. Hahaha


Hari itu, sebenarnya aku agak kurang enak badan. Nafsu makan berkurang. Kalaupun makan, kadang terasa mual. Malam sebelumnya saat tiba di rumah kos, aku juga muntah setelah makan beberapa suap nasi. Sepertinya aku masuk angin dan kelelahan akibat perjalanan pulang dari Kendal. Tapi kemudian malam itu, aku begitu bersemangat bertemu dengan 3 perempuan kece ini, Laela, Intan dan ka Maya. Sepertinya mereka menjadi mood boosterku malam itu. Terima kasih banyak dan kamsahamnida. Sarangheyo for you all pokoknya mah.

Taraaaa.....Happy Birthday To Me


Jumat, 13 Maret 2015

Ulang Tahun tak Terlupakan

"Jadi gini mba, laptop dan charger mba itu saya liat ada di depan tipi, saya linglung, trus saya ambil aja, dan udah saya jual"

Itulah Kalimat pengakuan yang keluar dari mulut, sebut saja namanya Anita. Bagaikan cermin retak yang dilempari batu, hati Mba hancur berkeping-keping mendengar pengakuan si Anita ini. Bagaimana bisa laptop itu jalan ke depan tipi sedangkan sebelum meninggalkan kamar, dengan sangat jelas dan yakin, laptop itu ada di atas meja di dalam kamar. Dan itu apa, dijual?. Dengan gampangnya Anita mengeluarkan kata-kata itu seolah tak bersalah, dia menjelaskan kapan dan di mana dia menjual laptop tersebut. Setelah mendengar pengakuan tersebut, pada malam itu juga kami memaksa Anita untuk mengantarkan kami ke tempat dia menjual laptop tersebut.

Sesampainya di sana, Alhamdulillah si mas yang membeli laptop ini mau bekerja sama untuk mendapatkan kembali laptop yang telah dijualnya kepada orang lain. 

Sebelum si Anita ini mengakui bahwa dialah yang telah mengambil laptop tersebut, kami berempat telah menginterogasinya dengan berbagai pertanyaan yang mungkin bisa menyudutkannya (menurut kami sendiri sih, hahaha). Tapi  emang dasarnya udah biasa bo'ong, dan mungkin kami gampang dibo'ongin, kami pun melepaskannya begitu saja.

Tapi apapun yang sudah terjadi, semoga dapat diambil hikmahnya. Semoga laptop Mba yang sampai sekarang masih belum bisa di-recovery data nya tersebut, aman dan semua datanya bisa dikembalikan seperti semula. 

Agar supaya judul dan isi tulisan ini nyambung, perlu diketahui bahwa insiden hilang laptop ini terjadi saat hari ulang tahun si Mba dalam tulisanku ini.

Aku bisa rasain bagaimana kesalnya Mba menghadapi Anita ini. Jika seandainya Anita mengakui perbuatannya saat kami berempat mengiterogasinya, mungkin kami takkan mengadukan ke kantor polisi dan mungkin laptop itu tak perlu di-recovery data.

Semoga proses recovery data laptop itu bisa segera selesai. Aamiin
\

Minggu, 18 Januari 2015

Jangan habiskan waktu kalian

WARNING!
Jangan habiskan waktu kalian membaca postingan sampah ini, sumpah ini tak ada isinya.

Postingan terakhir adalah lima bulan yang lalu. Dan aku tak tau selama itu, berada "dimana"kah diriku, apa yang sudah ku lakukan, dan adakah sesuatu yang telah kuhasilkan. Benar-benar blank. Tiba-tiba merasa diri sangat tidak berguna, tidak produktif.

Agustus :  kembali ke kota Gudeg ini untuk meneruskan perjuangan demi selembar kertas bertuliskan ijazah
September : Mencoba peruntungan dengan mendaftar ujian cpns
Oktober : kembali ke tanah tadulako untuk mengikuti ujian tersebut
November : kembali lagi ke kota Gudeg
Desember : Mencoba "melarikan" penelitian

Dan sekarang, masih di sini, tanpa tahu apa dan bagaimana harus berbuat.