Tes Potensi Akademik

Sabtu, 23 Maret 2013

Gw yang Nolak, Gw juga yang Patah Hati


Seperti judul tulisan gw di atas,seperti itu juga yang terjadi pada gw saat ini.
Gw ga tau kenapa jadi kayak gini. Awalnya kita hanya saling kenal, tapi bukan sebagai teman. Entahlah. Kita saling bertukar kabar. Dua bulan setelah kepulangannya ke Jakarta, gw ga pernah dapat kabar apapun. Sampai di siang itu, dia (yang namanya gw singkat BA) nanya nomer gw ke ade gw yang juga sebagai temannya. Awalnya gw heran, kenapa adek gw mesti ijin ke gw dulu boleh ngasih nomer ke dia atau tidak. Tapi kemudian gw sadar kalo ade gw juga care sama gw, dia protect gw. Gw, sebagai seorang yang ramah dan sedikit polos langsung aja bilang ke ade gw , “kasih aja”.
Dan hubungan saling bertukar kabar antara kita pun berlanjut.
Dia nelpon gw, gw kaget. Karna ini pertama kalinya dia nelpon gw, biasanya kita hanya bersapa lewat pesan pendek. Dia nelpon lagi, sampai beberapa kali ga juga sempat gw angkat. Dia sms, “ lagi sibuk?” , gw jawab “iya, sorry tadi hp nya disilent, jadi ga kedengaran” gw memang lagi sibuk, sedikit pun dalam hati gw ga akan pernah berbohong.

Malamnya dia nelpon, dan kebetulan malam itu adalah malam minggu. Katanya, “gw nelpon, untung-untungan aja kalo diangkat”. Dia mau nelpon malam asalkan saat itu gw belum tidur, gw angkat. Karna pada malam hari gw pasti sedang duduk manis di rumah, entah itu sambil nonton atau bermain dengan Salwa.

Seminggu setelah dia nelpon, jujur, gw kangen. Gw sms, nanya kabarnya selama seminggu ini. Beberapa hari kemudian, entah dari mana awalnya, dia sms bilang suka ke gw dan nanya jawaban gw. Gw senang, dan sedkit shock. Apa ini yang namanya “ditembak”?. Gw pun bingung harus jawab apa. Ok, yang terpikir saat itu hanya kata "Alhamdulillah, ada yang suka gw", sekali lagi itu semua karena gw senang, shock dan sedikit bingung. Namun dia tetap keukeh minta jawaban dari gw. Dan saat itu juga hp gw mati, lowbat. Karna kebiasaan gw untuk tetap mematikan hp saat sedang dicharge. Gw pun tetap membiarkan hp itu mati sampai dia bisa mengisi full kembali tenaganya. Sayangnya saat itu gw juga membiarkan pertanyaan dari dia mengambang tanpa jawaban yang jelas.

Di keesokan harinya, dia nelpon. Kalo saja saat itu dia bisa liat muka gw saat megang hp yang sedang berdering. Gw pasti malu abis. Entah apa yang gw rasain. Gw takut, gw bingung, serasa gw ga bisa bertumpu dengan kedua kaki saking gemetar lutut gw. Alhasil gw ga angkat telponnya, gw sibuk dengan diri gw yang tiba-tiba jadi deg-degan tak karuan. Tak lama setelah itu, hp gw berdering kembali, dan ternyata itu adalah pesan pendek dari dia. “udah lupain aja, jangan dibahas lagi” begitu bunyi sms-nya. Alhamdulillah dalam hati gw bergumam. Setidaknya gw ga perlu memikirkan jawaban apa yang harus gw kasih.
Tapi tidak, sebagai perempuan, yang selalu melibatkan perasaan. Gw pun balas mengirim pesan pendek dengan mengatakan kalau gw ga mengerti dengan apa yang dia maksud, dan gw minta maaf. Ternyata sms gw dianggap lebay. Sekali lagi, gw bergumam “Alhamdulillah, dia pun tak mengapa”. Lihatlah betapa berbedanya perempuan dan laki-laki. Gw yang dengan begitu berhati-hati dalam memilih dan memilah kata agar tak ada yang tersakiti, dia dengan entengnya mengatakan “lebay ah”. Begitu gembiranya gw. Setidaknya dia baik-baik saja dengan berkata seperti itu.

Satu lagi yang gw percaya tentang fakta laki-laki, bahwa laki-laki itu adalah pejuang sejati. Seminggu setelah dia bilang lupain aja, dia nelpon dan maksa gw untuk menjawab apa yang dia sendiri minta untuk dilupain. Dan yang bisa gw jawab hanyalah “ga”. Gw ga bisa bicara banyak karna gw bukan tipikal orang yang memegang kendali dalam suatu perbincangan. Saat itu sebenarnya Gw mau jawab “Gw juga suka sama dia, tapi gw ga tau, apa gw bisa dengan hubungan jarak jauh kayak gini”. Banyak pertanyaan yang berseliweran dalam kepala gw dan gw belum nemu jawabannya.

Namun dari semua itu gw berpesan. Kalau kita berjodoh, kita pasti akan bertemu kembali. Jika tak berjodoh, setidaknya kita bisa menjalin hubungan pertemanan dan hubungan persaudaraan dalam agama. Satu lagi pesan gw, jika suatu saat BA nemuin perempuan yang bisa mendampingi BA sepanjang hidup dan jika nanti udah punya anak, kabarin gw karena gw ingin sekali bertemu dengan anak BA nanti. Gw pengen bilang ke anak BA, kalau BA berubah, karena anak BA. Seperti yang pernah BA ceritain ke gw. (kalo BA lupa, gw ingetin, BA pernah bilang, mau ilangin sesuatu yang ada di badan BA, gw nanya alasannya, kata BA “ kalo nanti gw punya anak, ga mungkin lah gw larang anak gw sedang gw sendiri seperti ini”).

Tidak ada komentar: