Seperti
judul tulisan gw di atas,seperti itu juga yang terjadi pada gw saat ini.
Gw
ga tau kenapa jadi kayak gini. Awalnya kita hanya saling kenal, tapi bukan
sebagai teman. Entahlah. Kita saling bertukar kabar. Dua bulan setelah
kepulangannya ke Jakarta, gw ga pernah dapat kabar apapun. Sampai di siang itu,
dia (yang namanya gw singkat BA) nanya nomer gw ke ade gw yang juga sebagai
temannya. Awalnya gw heran, kenapa adek gw mesti ijin ke gw dulu boleh ngasih
nomer ke dia atau tidak. Tapi kemudian gw sadar kalo ade gw juga care sama gw,
dia protect gw. Gw, sebagai seorang yang ramah dan sedikit polos langsung aja
bilang ke ade gw , “kasih aja”.
Dan
hubungan saling bertukar kabar antara kita pun berlanjut.
Dia
nelpon gw, gw kaget. Karna ini pertama kalinya dia nelpon gw, biasanya kita hanya
bersapa lewat pesan pendek. Dia nelpon lagi, sampai beberapa kali ga juga
sempat gw angkat. Dia sms, “ lagi sibuk?” , gw jawab “iya, sorry tadi hp nya
disilent, jadi ga kedengaran” gw memang lagi sibuk, sedikit pun dalam hati gw
ga akan pernah berbohong.
Malamnya
dia nelpon, dan kebetulan malam itu adalah malam minggu. Katanya, “gw nelpon,
untung-untungan aja kalo diangkat”. Dia mau nelpon malam asalkan saat itu gw
belum tidur, gw angkat. Karna pada malam hari gw pasti sedang duduk manis di
rumah, entah itu sambil nonton atau bermain dengan Salwa.
Seminggu
setelah dia nelpon, jujur, gw kangen. Gw sms, nanya kabarnya selama seminggu
ini. Beberapa hari kemudian, entah dari mana awalnya, dia sms bilang suka ke gw
dan nanya jawaban gw. Gw senang, dan sedkit shock.
Apa ini yang namanya “ditembak”?. Gw pun bingung harus jawab apa. Ok, yang
terpikir saat itu hanya kata "Alhamdulillah, ada yang suka gw", sekali lagi itu semua karena gw senang, shock dan sedikit bingung. Namun dia tetap
keukeh minta jawaban dari gw. Dan saat itu juga hp gw mati, lowbat. Karna
kebiasaan gw untuk tetap mematikan hp saat sedang dicharge. Gw pun tetap
membiarkan hp itu mati sampai dia bisa mengisi full kembali tenaganya. Sayangnya
saat itu gw juga membiarkan pertanyaan dari dia mengambang tanpa jawaban yang
jelas.
Di
keesokan harinya, dia nelpon. Kalo saja saat itu dia bisa liat muka gw saat
megang hp yang sedang berdering. Gw pasti malu abis. Entah apa yang gw rasain.
Gw takut, gw bingung, serasa gw ga bisa bertumpu dengan kedua kaki saking
gemetar lutut gw. Alhasil gw ga angkat telponnya, gw sibuk dengan diri gw
yang tiba-tiba jadi deg-degan tak karuan. Tak lama setelah itu, hp gw
berdering kembali, dan ternyata itu adalah pesan pendek dari dia. “udah
lupain aja, jangan dibahas lagi” begitu bunyi sms-nya. Alhamdulillah dalam hati
gw bergumam. Setidaknya gw ga perlu memikirkan jawaban apa yang harus gw kasih.
Tapi
tidak, sebagai perempuan, yang selalu melibatkan perasaan. Gw pun balas mengirim
pesan pendek dengan mengatakan kalau gw ga mengerti dengan apa yang dia maksud,
dan gw minta maaf. Ternyata sms gw dianggap lebay. Sekali lagi, gw bergumam
“Alhamdulillah, dia pun tak mengapa”. Lihatlah betapa berbedanya perempuan dan
laki-laki. Gw yang dengan begitu berhati-hati dalam memilih dan memilah kata
agar tak ada yang tersakiti, dia dengan entengnya mengatakan “lebay ah”. Begitu
gembiranya gw. Setidaknya dia baik-baik saja dengan berkata seperti itu.
Satu
lagi yang gw percaya tentang fakta laki-laki, bahwa laki-laki itu adalah
pejuang sejati. Seminggu setelah dia bilang lupain aja, dia nelpon dan maksa gw
untuk menjawab apa yang dia sendiri minta untuk dilupain. Dan yang bisa gw
jawab hanyalah “ga”. Gw ga bisa bicara banyak karna gw bukan tipikal orang yang
memegang kendali dalam suatu perbincangan. Saat itu sebenarnya Gw mau jawab “Gw
juga suka sama dia, tapi gw ga tau, apa gw bisa dengan hubungan jarak jauh
kayak gini”. Banyak pertanyaan yang berseliweran dalam kepala gw dan gw belum
nemu jawabannya.
Namun
dari semua itu gw berpesan. Kalau kita berjodoh, kita pasti akan bertemu
kembali. Jika tak berjodoh, setidaknya kita bisa menjalin hubungan pertemanan
dan hubungan persaudaraan dalam agama. Satu lagi pesan gw, jika suatu saat BA
nemuin perempuan yang bisa mendampingi BA sepanjang hidup dan jika nanti udah
punya anak, kabarin gw karena gw ingin sekali bertemu dengan anak BA nanti. Gw
pengen bilang ke anak BA, kalau BA berubah, karena anak BA. Seperti yang pernah
BA ceritain ke gw. (kalo BA lupa, gw ingetin, BA pernah bilang, mau ilangin
sesuatu yang ada di badan BA, gw nanya alasannya, kata BA “ kalo nanti gw punya
anak, ga mungkin lah gw larang anak gw sedang gw sendiri seperti ini”).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar