Setibanya
di Muar, kami diperiksa oleh petugas imigran negeri Malaysia. Ini merupakan
prosedur yang memang harus dipatuhi oleh semua orang, siapapun, di negeri
manapun. Pemeriksaan petugas imigran di sini, menurutku minim pengawasan. Tak
ada x-Ray, seperti yang terlihat di
bandara-bandara, pun metal detector (mengingat
ini adalah salah satu jalan masuk dari negeri lain). Petugasnya hanya menyuruh setiap
orang untuk membuka koper dan barang bawaan lainnya untuk diperiksa langsung.
Ada yang menyebalkan kala pemeriksaan paspor di pelabuhan ini. Jadi ceritanya
aku ditanya oleh petugasnya.
Petugas
: nak ke mane?
Aku
: mau wisata Bu
Petugas
: sama siapa?
Aku
: ikut rombongan keluarga
Aku
tanya ke ka Indri, dan kata ka Indri jawab aja mau jalan-jalan. Aku pun
mengulangi kalau aku mau jalan-jalan bersama keluarga. Dan sekali lagi
petugasnya menanyakan.
Petugas
: kamu hendak wisata ke mana? Johor kah? Melaka kah?
Aku
: ke Melaka “jawab aku asal aja, biar cepat selesai maksudku”
Petugasnya
terlihat seperti menahan pasporku biar lama berdiri di situ.
Petugas
: kamu mau ke mana? Ini kali pertama kamu ke luar negeri, kamu jangan bohong
sama saya
Aku
: saya ga bohong, dalam hati aku menggerutu “ngapain juga gw bohong”
Petugas
: yah mana saya tau kamu bohong atau tak, tapi mana ada tiket kamu.
Aku
bingung tiket yang dimaksud oleh petugas ini, tiket apa, entahlah. Dalam
pikiran aku, mungkin tiket yang ditanya adalah tiket bepergianku selanjutnya
setelah sampai di Muar. Tapi masa aku harus beli tiket di Indonesia, yah ga
mungkin kan. Ternyata tiket yang dimaksud oleh petugas ini adalah tiket ferry
yang aku tumpangi dari Bengkalis ke Muar. Aku heran, kalau aku tak punya tiket
mana mungkin aku bisa sampai di situ? Aneh, dan kenapa juga dia harus memeriksa
tiket, tugasnya kan memeriksa paspor. Kalau saja dari awal dia minta paspor dan
tiket, maka aku akan perlihatkan keduanya. Dan bodohnya lagi gw jawab mau ke
Melaka, wajar aja kalau petugasnya ga percaya. Secara, kalau dari Bengkalis mau
ke Malaka ya langsung aja naik kapal
yang ke Malaka, ngapain harus ke Muar. hahaha
Oke
dari sini aku punya catatan sendiri. Kalau mau jalan-jalan apalagi ke luar
negeri matangkan semua rencana termasuk bagaimana menjawab pertanyaan dari
petugas imigran, hehehe.
![]() |
| Ini masih di Indonesia atau telah masuk wilayah Malaysia, entahlah |
Dari
Muar kami melanjutkan perjalanan menuju Kuala Lumpur menggunakan bus .Oh iya,
waktu di Malaysia sama dengan waktu di Palu atau lebih cepat satu jam dari
waktu Jakarta. Namun mataharinya tetap terbenam pada pukul 18.00 Jakarta, atau
pada pukul 19.00 waktu Malaysia. Itu artinya masuk waktu shalat magrib sekitar
pukul 19.00 waktu Malaysia.
Kembali
ke perjalanan, bus yang kami tumpangi berhenti di terminal TBS (Terminal
Bersepadu Selatan). Terminal bus TBS ini sangat besar dan boleh dibilang cukup
mewah untuk sebuah terminal bus. Saya cukup tercengang, di Indonesia, terminal
bus di wilayah mana yang sebagus dan sebesar TBS ini, sepertinya belum ada.
Kekaguman saya pun terjawab setelah 2 hari setelah itu kami berangkat ke
Singapura. Ternyata terminal ini juga melayani perjalanan ke luar negeri
seperti ke Singapura. Terminal bus ini juga sudah terintegrasi dengan jasa
angkutan taxi dan juga monorail.
Foto Tengah : Sedikit mark berbahasa Melayu
Foto Bawah : Jalur rel kereta api dan monorail
Melalui
informasi yang diperoleh, tempat para turis atau wisatawan asing menginap
biasanya di wilayah Bukit Bintang. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bukit
Bintang menggunakan monorail. Harga tiket untuk sekali naik monorail adalah 2,9
RM atau sekitar Rp 10.000, untuk membeli tiket, (bukan tiket juga sih, semacam
koin plastik) tidak perlu ke counter atau ke loket tiket, karena koin ini bisa
dibeli pada sebuah mesin. Untuk masuk ke tempat pemberhentian monorail, koin
plastik tadi di scan di sebuah penghalang, kemudian penghalang terbuka dan
tertutup kembali setelah seseorang melewatinya. Dengan dua kali berganti MRT,
kami pun sampai di kawasan Bukit Bintang.
![]() |
| Sebagian jalan Bukit Bintang |
Setelah keluar masuk hotel untuk
mencari kamar kosong yang mampu menampung kami ber-9 (pakai 2 kamar tentunya),
Ka Indri dan Bang Alam pun memutuskan untuk menggunakan hotel Putra Bintang
sebagai tempat kami istirahat untuk malam itu.
Keesokan harinya penjelajahan di
Kuala Lumpur dimulai dengan mencari angkutan yang dapat membawa kami ke Menara
Petronas. Seperti halnya Wisata ke Jakarta, belum lengkap jika belum
mengunjungi Monas, maka seperti itu pun di Kuala Lumpur, belum lengkap jika belum
ke menara kembar tersebut. Karena bukit bintang ini adalah kawasan wisatawan,
maka mencari taxi adalah hal yang mudah namun sulit, sulitnya ketika tawar
menawar ongkos. Sebab taxi di sini tidak menggunakan argometer walaupun sebenarnya
supirnya tetap menyalakan argonya.
Karena
saat itu pagi hari, dan kami belum sarapan, supir taxi mengantar kami ke tempat
sarapan. Mungkin warung makan itu adalah langganan si supir jika dia mengantar
penumpang untuk makan. Supir taxi-nya kelihatan seperti orang turunan tionghoa.
Kata supir tersebut dia akan mengantar kami ke tempat makan yang halal, di
sekitar sini banyak warung makan, tapi memang harus memilih. Dan jangan salah
pilih, sebab tidak semua warung makan menyediakan makanan yanga halal katanya.
Kalau yang diantar olehnya adalah “si sipit” maka dia akan mengantar ke tempat
makan yang lain.
Harga
sewa untuk sebuah taxi yang akan mengantar kami ke Bukit Bintang adalah 10 RM.
Namun sebelum itu, sang supir akan membawa kami ke tiga tempat. Entahlah
dinamakan kerjasama apa jika seperti ini : Supir membawa kami ke tiga toko
berbeda, untuk sekali parkir dia mendapatkan 5 RM di setiap tokonya. Walaupun
pengunjung yang dibawanya ke toko tersebut tidak membeli apa-apa. Simbiosis
mutualisme mungkin cocok untuk ini. Hubungan yang saling menguntungkan. Nah,
kalau dihitung, berarti supirnya dapat 25 RM dong yah semuanya. Hahaha.
Setelah
sarapan, tempat pertama yang kami tuju adalah coffe town. Kalau aku bilang sih ini toko kopi. Dari berbagai jenis
kopi ada di sini. Jika ingin mencicipi, boleh. Karena aku tidak begitu doyan
dengan yang namanya kopi, aku manfaatkan waktu untuk mengambil beberapa gambar
saja. Hanya ka Ucen yang belanja di toko ini.
Tempat
kedua yang kami kunjungi adalah Beryl’s Chocolate. Kalau yang ini adalah toko
coklat. Karena pada dasarnya manusia suka pada yang manis-manis. Maka semua
dari kami kecuali Salwa dan Opa-nya, membeli coklat untuk cemilan dan
oleh-oleh.
Tempat
ketiga adalah toko tas. Masuk ke toko, lihat-lihat model tas, lihat harga yang
tercantum, dan merasa bahwa lebih baik beli tas di Jakarta (karena lebih bagus
dan murah, hahaha). Aku ingat saat sedang melihat-lihat pajangan tas, penjaga
tokonya nyeletuk, “ayo, lagi ngitung
mau beli berapa biji tas, buat mama, buat adek, buat siapa lagi ya,” . Dalam
hati aku bergumam, “dia ga tau aja gw lagi konversi ke Rp nih harga tasnya”
hahaha.
![]() |
| Mas and mba penjaga toko chocolate lagi promosi barang jualannya |
Dari
toko tas yang aku lupa apa namanya ini kami diantar ke tujuan akhir dan utama
yaitu menara petronas atau menara kembar. Di sana, hanya sekedar take picture,
jalan-jalan cuci mata ke mall yang ada di dalam gedung tersebut, tentunya tanpa
belanja. Dan lagi, karena biaya untuk merasakan sky bridge dirasa cukup mahal
80 RM, maka diputuskan untuk menyebarangi menara kembar ini di kunjungan
berikutnya saja (itu juga kalau ke sana lagi). Puas foto-foto di sana kami
pulang dan berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Singapura.
Di bawah ini ada beberapa foto yang sempat diambil di sana.
Berikut ini foto spesial dari kami, tadaaaa , semuanya ada kecuali suami ka Indri. Bang Alam kebagian yang jepretin kameranya. hehehe
Di bawah ini ada beberapa foto yang sempat diambil di sana.
![]() |















2 komentar:
Salam. .tentu seronok dtg ke malaysia. ..mudah2 an berbahagia libur di sini. ..hanya sy belum lagi ke Jakarta. .haaaaaa...insyallah akan kesana. ...
kalau kata Ipin, "seronok,seronok" hehehe..jadi pengen jalan ke Malaysia lagi. Semoga Bapak Nordin bisa ke Jakarta, dan lagi kalau berkesempatan,kunjungi kota wisata lainnya di Indonesia, like Yogyakarta, Bali, Bandung, and another city :)
Posting Komentar