Tes Potensi Akademik

Sabtu, 08 Juni 2013

Kata Orang Melayu "Makan Angin" Bahagian II


Setibanya di Muar, kami diperiksa oleh petugas imigran negeri Malaysia. Ini merupakan prosedur yang memang harus dipatuhi oleh semua orang, siapapun, di negeri manapun. Pemeriksaan petugas imigran di sini, menurutku minim pengawasan. Tak ada x-Ray, seperti yang terlihat di bandara-bandara, pun metal detector (mengingat ini adalah salah satu jalan masuk dari negeri lain). Petugasnya hanya menyuruh setiap orang untuk membuka koper dan barang bawaan lainnya untuk diperiksa langsung. Ada yang menyebalkan kala pemeriksaan paspor di pelabuhan ini. Jadi ceritanya aku ditanya oleh petugasnya.
Petugas : nak ke mane?
Aku : mau wisata Bu
Petugas : sama siapa?
Aku : ikut rombongan keluarga

Aku tanya ke ka Indri, dan kata ka Indri jawab aja mau jalan-jalan. Aku pun mengulangi kalau aku mau jalan-jalan bersama keluarga. Dan sekali lagi petugasnya menanyakan.

Petugas : kamu hendak wisata ke mana? Johor kah? Melaka kah?
Aku : ke Melaka “jawab aku asal aja, biar cepat selesai maksudku”

Petugasnya terlihat seperti menahan pasporku biar lama berdiri di situ.

Petugas : kamu mau ke mana? Ini kali pertama kamu ke luar negeri, kamu jangan bohong sama saya
Aku : saya ga bohong, dalam hati aku menggerutu “ngapain juga gw bohong”
Petugas : yah mana saya tau kamu bohong atau tak, tapi mana ada tiket kamu.

Aku bingung tiket yang dimaksud oleh petugas ini, tiket apa, entahlah. Dalam pikiran aku, mungkin tiket yang ditanya adalah tiket bepergianku selanjutnya setelah sampai di Muar. Tapi masa aku harus beli tiket di Indonesia, yah ga mungkin kan. Ternyata tiket yang dimaksud oleh petugas ini adalah tiket ferry yang aku tumpangi dari Bengkalis ke Muar. Aku heran, kalau aku tak punya tiket mana mungkin aku bisa sampai di situ? Aneh, dan kenapa juga dia harus memeriksa tiket, tugasnya kan memeriksa paspor. Kalau saja dari awal dia minta paspor dan tiket, maka aku akan perlihatkan keduanya. Dan bodohnya lagi gw jawab mau ke Melaka, wajar aja kalau petugasnya ga percaya. Secara, kalau dari Bengkalis mau ke Malaka ya langsung aja naik kapal yang ke Malaka, ngapain harus ke Muar. hahaha

Oke dari sini aku punya catatan sendiri. Kalau mau jalan-jalan apalagi ke luar negeri matangkan semua rencana termasuk bagaimana menjawab pertanyaan dari petugas imigran, hehehe.

Ini masih di Indonesia atau telah masuk wilayah Malaysia, entahlah
Dari Muar kami melanjutkan perjalanan menuju Kuala Lumpur menggunakan bus .Oh iya, waktu di Malaysia sama dengan waktu di Palu atau lebih cepat satu jam dari waktu Jakarta. Namun mataharinya tetap terbenam pada pukul 18.00 Jakarta, atau pada pukul 19.00 waktu Malaysia. Itu artinya masuk waktu shalat magrib sekitar pukul 19.00 waktu Malaysia.
Kembali ke perjalanan, bus yang kami tumpangi berhenti di terminal TBS (Terminal Bersepadu Selatan). Terminal bus TBS ini sangat besar dan boleh dibilang cukup mewah untuk sebuah terminal bus. Saya cukup tercengang, di Indonesia, terminal bus di wilayah mana yang sebagus dan sebesar TBS ini, sepertinya belum ada. Kekaguman saya pun terjawab setelah 2 hari setelah itu kami berangkat ke Singapura. Ternyata terminal ini juga melayani perjalanan ke luar negeri seperti ke Singapura. Terminal bus ini juga sudah terintegrasi dengan jasa angkutan taxi dan juga monorail.












Foto Atas : Pintu masuk terminal TBS
Foto Tengah : Sedikit mark berbahasa Melayu
Foto Bawah : Jalur rel kereta api dan monorail

Melalui informasi yang diperoleh, tempat para turis atau wisatawan asing menginap biasanya di wilayah Bukit Bintang. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bukit Bintang menggunakan monorail. Harga tiket untuk sekali naik monorail adalah 2,9 RM atau sekitar Rp 10.000, untuk membeli tiket, (bukan tiket juga sih, semacam koin plastik) tidak perlu ke counter atau ke loket tiket, karena koin ini bisa dibeli pada sebuah mesin. Untuk masuk ke tempat pemberhentian monorail, koin plastik tadi di scan di sebuah penghalang, kemudian penghalang terbuka dan tertutup kembali setelah seseorang melewatinya. Dengan dua kali berganti MRT, kami pun sampai di kawasan Bukit Bintang.

Sebagian jalan Bukit Bintang
Bukit bintang benar-benar jalan abadi yang hidup 24 jam. Jalan ini ramai oleh para wisatawan asing yang sekedar cuci mata ataupun yang juga menetap beberapa hari di sana. Gemerlap lampu-lampu hotel, restoran dan toko-toko di sepanjang jalan ini juga menambah indahnya pemandangan. Ditambah lagi saat kami berkunjung ke sana masih dalam suasana imlek. Lampion-lampion khas tionghoa pun ikut meramaikan gemerlapnya malam di Bukit Bintang.
            Setelah keluar masuk hotel untuk mencari kamar kosong yang mampu menampung kami ber-9 (pakai 2 kamar tentunya), Ka Indri dan Bang Alam pun memutuskan untuk menggunakan hotel Putra Bintang sebagai tempat kami istirahat untuk malam itu.
            Keesokan harinya penjelajahan di Kuala Lumpur dimulai dengan mencari angkutan yang dapat membawa kami ke Menara Petronas. Seperti halnya Wisata ke Jakarta, belum lengkap jika belum mengunjungi Monas, maka seperti itu pun di Kuala Lumpur, belum lengkap jika belum ke menara kembar tersebut. Karena bukit bintang ini adalah kawasan wisatawan, maka mencari taxi adalah hal yang mudah namun sulit, sulitnya ketika tawar menawar ongkos. Sebab taxi di sini tidak menggunakan argometer walaupun sebenarnya supirnya tetap menyalakan argonya.

Karena saat itu pagi hari, dan kami belum sarapan, supir taxi mengantar kami ke tempat sarapan. Mungkin warung makan itu adalah langganan si supir jika dia mengantar penumpang untuk makan. Supir taxi-nya kelihatan seperti orang turunan tionghoa. Kata supir tersebut dia akan mengantar kami ke tempat makan yang halal, di sekitar sini banyak warung makan, tapi memang harus memilih. Dan jangan salah pilih, sebab tidak semua warung makan menyediakan makanan yanga halal katanya. Kalau yang diantar olehnya adalah “si sipit” maka dia akan mengantar ke tempat makan yang lain.
               Harga sewa untuk sebuah taxi yang akan mengantar kami ke Bukit Bintang adalah 10 RM. Namun sebelum itu, sang supir akan membawa kami ke tiga tempat. Entahlah dinamakan kerjasama apa jika seperti ini : Supir membawa kami ke tiga toko berbeda, untuk sekali parkir dia mendapatkan 5 RM di setiap tokonya. Walaupun pengunjung yang dibawanya ke toko tersebut tidak membeli apa-apa. Simbiosis mutualisme mungkin cocok untuk ini. Hubungan yang saling menguntungkan. Nah, kalau dihitung, berarti supirnya dapat 25 RM dong yah semuanya. Hahaha.
          Setelah sarapan, tempat pertama yang kami tuju adalah coffe town. Kalau aku bilang sih ini toko kopi. Dari berbagai jenis kopi ada di sini. Jika ingin mencicipi, boleh. Karena aku tidak begitu doyan dengan yang namanya kopi, aku manfaatkan waktu untuk mengambil beberapa gambar saja. Hanya ka Ucen yang belanja di toko ini.
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah Beryl’s Chocolate. Kalau yang ini adalah toko coklat. Karena pada dasarnya manusia suka pada yang manis-manis. Maka semua dari kami kecuali Salwa dan Opa-nya, membeli coklat untuk cemilan dan oleh-oleh.
Tempat ketiga adalah toko tas. Masuk ke toko, lihat-lihat model tas, lihat harga yang tercantum, dan merasa bahwa lebih baik beli tas di Jakarta (karena lebih bagus dan murah, hahaha). Aku ingat saat sedang melihat-lihat pajangan tas, penjaga tokonya nyeletuk, “ayo, lagi ngitung mau beli berapa biji tas, buat mama, buat adek, buat siapa lagi ya,” . Dalam hati aku bergumam, “dia ga tau aja gw lagi konversi ke Rp nih harga tasnya” hahaha.
Mas and mba penjaga toko chocolate lagi promosi barang jualannya
Dari toko tas yang aku lupa apa namanya ini kami diantar ke tujuan akhir dan utama yaitu menara petronas atau menara kembar. Di sana, hanya sekedar take picture, jalan-jalan cuci mata ke mall yang ada di dalam gedung tersebut, tentunya tanpa belanja. Dan lagi, karena biaya untuk merasakan sky bridge dirasa cukup mahal 80 RM, maka diputuskan untuk menyebarangi menara kembar ini di kunjungan berikutnya saja (itu juga kalau ke sana lagi). Puas foto-foto di sana kami pulang dan berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Singapura.
Di bawah ini ada beberapa foto yang sempat diambil di sana.









Berikut ini foto spesial dari kami, tadaaaa , semuanya ada kecuali suami ka Indri. Bang Alam kebagian yang jepretin kameranya. hehehe
  

2 komentar:

Nordinmddan@blogsport mengatakan...

Salam. .tentu seronok dtg ke malaysia. ..mudah2 an berbahagia libur di sini. ..hanya sy belum lagi ke Jakarta. .haaaaaa...insyallah akan kesana. ...

Spetriani Lamadau mengatakan...

kalau kata Ipin, "seronok,seronok" hehehe..jadi pengen jalan ke Malaysia lagi. Semoga Bapak Nordin bisa ke Jakarta, dan lagi kalau berkesempatan,kunjungi kota wisata lainnya di Indonesia, like Yogyakarta, Bali, Bandung, and another city :)