Enam tahun tidak pernah berjumpa
membuat rasa kangen kami tumpah saat tiba pertemuan itu. Suhaibah namanya,
teman kami yang kami kunjungi di Malang semingga yang lalu. Bukan sekedar teman,
bukan pula sahabat, lebih dari itu kami sudah menganggapnya saudara perempuan
kami. Tanpa kekurangan satu hal pun, dia adalah saudara erat kami. Tiga tahun
hidup bersama di satu naungan atap yang sama, makan bersama dalam sepiring,
punya cerita yang sama, bahkan memakai baju yang sama. Ahhh, aku semakin kangen dengan suasana pondok saat itu.
Bagi ku perjalanan ke Malang ini
benar-benar sebuah hadiah dari Allah. kesempatan yang berbuah manisnya
pertemuan.
Bermula dari sebuah ajakan dan
berakhir dengan sedikit petualangan. Ajakan? iya, saat itu mba Lim, teman kost
dari Dwi mengajaknya untuk ikut perjalanan ke Malang. Mba Lim ini punya hajat
khusus sehingga perjalanannya telah direncanakan dan ditentukan harinya.
Menjadi narasumber di sebuah seminar yang diadakan di UIN Sunan Maliki Malang
pada hari sabtu, itulah yang membuat mba Lim harus ke sana di hari Jumat.
Seminggu sebelum berangkat, Dwi
pun mengajakku, untuk ikut. Pada awalnya aku masih dengan penuh pertimbangan
ingin menolak ajakan itu. Alasan utamanya terkait dengan kondisi finansial yang
lagi seret. Aku harus bisa
menyelamatkan rekeningku bulan ini untuk kehidupan bulan depan. Tragis. Namun
ajakan Dwi hadir dengan iming-iming “nanti di sana kita ketemu sama Iis”. Jebol
sudah pertahananku dengan rayuan itu. Aku pun mengiyakan ajakan Dwi demi untuk
bertemu bocah yang satu itu. lebay deh
kata2nya, hahaha.
Rejeki memang Allah yang
mengatur, dan itu tak akan tertukar antara
milikku dengan milik orang lain. Aku yakin itu, sangat yakin. Aku sudah
menganggarkan sejumlah dana untuk bisa sekedar ber-weekend ria bersama Iis dan Dwi hingga balik ke Jogja nanti. Namun
berkah silaturahim ternyata lebih besar dari sekedar anggaran itu dan akupun
bisa hidup untuk bulan depan. Bahwa silaturahim itu melapangkan rejeki adalah
sangat nyata aku alami. Sehari semalam aku di Malang merasa sangat bahagia.
Bisa menghabiskan waktu bersama Dwi dan Iis adalah kebahagiaan yang utama.
Ditambah lagi kebahagiaan bonus lainnya : penginapan gratis, makanan gratis, dan
jalan-jalan gratis. Wuaah terima
kasih untuk Iis dan pacarnya atas segalanya, semoga rejekinya dan rejeki orang tuanya
selalu berkah, dilancarkan, dilapangkan. Amin!
Mendekati waktu kepulangan kami,
rute perjalanan ternyata berubah. Rencana awalnya sehari setelah acara seminar,
kami akan kembali dengan rute yang sama saat kedatangan. Namun, tiba-tiba saja
mba Lim mengajak kembali ke Jogja lewat Surabaya pada minggu malam. Itu
artinya, kami harus ke kota Pahlawan itu sebelum malam hari. Kalau tujuan mba
Lim ke Surabaya untuk menjenguk saudara perempuannya, maka aku dan Dwi pun tak
mau kalah. Kami pun punya saudara lainnya di Surabaya. Perempuan dan laki-laki.
Pada akhirnya, kami menghubungi Fida, untuk bisa bersilaturahim ke tempat
tinggalnya sekarang. Aku dan Dwi akhirnya memilih jalur berbeda dengan Mba Lim
dengan kesepakatan akan bertemu di terminal Purabaya pukul 9 malam.
Berkah silaturahim lagi-lagi
menyapaku dan Dwi. Keteledoranku mengharuskan kami mengurus sesuatu bahkan
hingga lupa sarapan. Akibat kelaparan yang melanda, setibanya di kediaman Fida,
tanpa tendeng aling-aling kami dengan pedenya meminta sesuatu yang bisa dimakan
yang Alhamdulillah sudah disiapkan olehnya. Kami pun menyantap dengan lahapnya.
Wilayah kediaman Fida berdekatan
dengan sebuah mall besar di surabaya, Royal Plasa. Dengan dalih kami adalah
tamu, Fida mengantar kami ke mall tersebut. karena matahari di Surabaya begitu
banyak, jalan-jalan ke mall dilakukan sore hari agar sekalian bisa mencari
angkutan umum ke Terminal di malam harinya.
Minggu malam makan malam di Royal
Plasa bersama Dwi dan Fida. Untuk memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum
kembali ke Jogja, kami pun mengitari berbagai toko di mall tersebut, walaupun sebenarnya
tak ada niat untuk belanja. Saat menjelajah isi mall, tak sengaja kami melihat perayaan
ulang tahun Aqua yang ke 40, dua lantai di bawah pijakan kami saat itu. Ternyata
host acara itu adalah Irfan Hakim. Dengan terburu-buru kami mendekat ke tempat
pelaksanaan acara tersebut dengan maksud melihat Irfan dari jarak dekat, dan
berharap bisa foto bersama. Hihihi
Perjuangan kami sampai di lantai
1 sayangnya gagal. Acara sudah berakhir dengan sulap-sulapan dari ka Surya
(siapa dia, entahlah) dan Irfan Hakim
sudah masuk ke dalam bilik panitia. Dalam bilik itu ternyata juga terdapat
pameran mengenai pentingnya air minum yang sehat. Kami masuk, lirik-lirik apa
yang menarik. Setelah menonton secuil video mengenai Aqua, kami dipersilahkan
untuk foto bersama dengan Irfan Hakim di ruang selanjutnya. Ahhh, ternyata kata-kata dari panitia tadi
ada pengecualian. “Jika masih ada mas Irfan Hakim nya”. Dan kami pun harus
kecewa untuk yang kedua kalinya karena gagal foto bersama.
Akhir kata aku ingin mengucapkan
terima kasih terhadap segenap pihak yang membuat aku bisa bertandang ke Malang
dan Surabaya. Pertama untuk panitia seminar yang diisi oleh mba Lim di Malang,
kedua untuk mba Lim yang mengizinkan kami ikut dalam perjalanannya, ketiga
untuk Dwi yang mengajakku dengan sebuah rayuan, keempat untuk Iis dan pacarnya
yang Insya Allah jadi suaminya atas segala kebaikannya, dan terakhir, kelima
untuk Fida atas segala jamuannya. Dan yang tak kalah utamanya adalah syukurku
terhadap Allah atas segala nikmat dan karunia yang terkandung dalam pertemuan
kami semua, khususan bertemu Iis
setelah sekian lama tak bersua. Alhamdulillahirabbil’alamin.
1 komentar:
"lucu toledor"
karena sy jg toledor.....switer kesayangan alias pataba hilang bgtu sj..yg smpai skrg entah dimana aku meninggalkannya...hahaha.....
#antara d pom 1, dkursi pinggir jalan, atau pom 2, bahkan di OJEK???
Entahlah.....
Posting Komentar