Tes Potensi Akademik

Minggu, 06 Oktober 2013

Bertemu Suhaibatul Islamiyah yang biasa dipanggil Iis

Enam tahun tidak pernah berjumpa membuat rasa kangen kami tumpah saat tiba pertemuan itu. Suhaibah namanya, teman kami yang kami kunjungi di Malang semingga yang lalu. Bukan sekedar teman, bukan pula sahabat, lebih dari itu kami sudah menganggapnya saudara perempuan kami. Tanpa kekurangan satu hal pun, dia adalah saudara erat kami. Tiga tahun hidup bersama di satu naungan atap yang sama, makan bersama dalam sepiring, punya cerita yang sama, bahkan memakai baju yang sama. Ahhh, aku semakin kangen dengan suasana pondok saat itu.

Bagi ku perjalanan ke Malang ini benar-benar sebuah hadiah dari Allah. kesempatan yang berbuah manisnya pertemuan.

Bermula dari sebuah ajakan dan berakhir dengan sedikit petualangan. Ajakan? iya, saat itu mba Lim, teman kost dari Dwi mengajaknya untuk ikut perjalanan ke Malang. Mba Lim ini punya hajat khusus sehingga perjalanannya telah direncanakan dan ditentukan harinya. Menjadi narasumber di sebuah seminar yang diadakan di UIN Sunan Maliki Malang pada hari sabtu, itulah yang membuat mba Lim harus ke sana di hari Jumat.

Seminggu sebelum berangkat, Dwi pun mengajakku, untuk ikut. Pada awalnya aku masih dengan penuh pertimbangan ingin menolak ajakan itu. Alasan utamanya terkait dengan kondisi finansial yang lagi seret. Aku harus bisa menyelamatkan rekeningku bulan ini untuk kehidupan bulan depan. Tragis. Namun ajakan Dwi hadir dengan iming-iming “nanti di sana kita ketemu sama Iis”. Jebol sudah pertahananku dengan rayuan itu. Aku pun mengiyakan ajakan Dwi demi untuk bertemu bocah yang satu itu. lebay deh kata2nya, hahaha.
Rejeki memang Allah yang mengatur, dan itu tak akan tertukar antara  milikku dengan milik orang lain. Aku yakin itu, sangat yakin. Aku sudah menganggarkan sejumlah dana untuk bisa sekedar ber-weekend ria bersama Iis dan Dwi hingga balik ke Jogja nanti. Namun berkah silaturahim ternyata lebih besar dari sekedar anggaran itu dan akupun bisa hidup untuk bulan depan. Bahwa silaturahim itu melapangkan rejeki adalah sangat nyata aku alami. Sehari semalam aku di Malang merasa sangat bahagia. Bisa menghabiskan waktu bersama Dwi dan Iis adalah kebahagiaan yang utama. Ditambah lagi kebahagiaan bonus lainnya : penginapan gratis, makanan gratis, dan jalan-jalan gratis. Wuaah terima kasih untuk Iis dan pacarnya atas segalanya, semoga rejekinya dan rejeki orang tuanya selalu berkah, dilancarkan, dilapangkan. Amin!





Mendekati waktu kepulangan kami, rute perjalanan ternyata berubah. Rencana awalnya sehari setelah acara seminar, kami akan kembali dengan rute yang sama saat kedatangan. Namun, tiba-tiba saja mba Lim mengajak kembali ke Jogja lewat Surabaya pada minggu malam. Itu artinya, kami harus ke kota Pahlawan itu sebelum malam hari. Kalau tujuan mba Lim ke Surabaya untuk menjenguk saudara perempuannya, maka aku dan Dwi pun tak mau kalah. Kami pun punya saudara lainnya di Surabaya. Perempuan dan laki-laki. Pada akhirnya, kami menghubungi Fida, untuk bisa bersilaturahim ke tempat tinggalnya sekarang. Aku dan Dwi akhirnya memilih jalur berbeda dengan Mba Lim dengan kesepakatan akan bertemu di terminal Purabaya pukul 9 malam.

Berkah silaturahim lagi-lagi menyapaku dan Dwi. Keteledoranku mengharuskan kami mengurus sesuatu bahkan hingga lupa sarapan. Akibat kelaparan yang melanda, setibanya di kediaman Fida, tanpa tendeng aling-aling kami dengan pedenya meminta sesuatu yang bisa dimakan yang Alhamdulillah sudah disiapkan olehnya. Kami pun menyantap dengan lahapnya.

Wilayah kediaman Fida berdekatan dengan sebuah mall besar di surabaya, Royal Plasa. Dengan dalih kami adalah tamu, Fida mengantar kami ke mall tersebut. karena matahari di Surabaya begitu banyak, jalan-jalan ke mall dilakukan sore hari agar sekalian bisa mencari angkutan umum ke Terminal di malam harinya.

Minggu malam makan malam di Royal Plasa bersama Dwi dan Fida. Untuk memanfaatkan waktu yang tersisa sebelum kembali ke Jogja, kami pun mengitari berbagai toko di mall tersebut, walaupun sebenarnya tak ada niat untuk belanja. Saat menjelajah isi mall, tak sengaja kami melihat perayaan ulang tahun Aqua yang ke 40, dua lantai di bawah pijakan kami saat itu. Ternyata host acara itu adalah Irfan Hakim. Dengan terburu-buru kami mendekat ke tempat pelaksanaan acara tersebut dengan maksud melihat Irfan dari jarak dekat, dan berharap bisa foto bersama. Hihihi

Perjuangan kami sampai di lantai 1 sayangnya gagal. Acara sudah berakhir dengan sulap-sulapan dari ka Surya (siapa dia, entahlah) dan  Irfan Hakim sudah masuk ke dalam bilik panitia. Dalam bilik itu ternyata juga terdapat pameran mengenai pentingnya air minum yang sehat. Kami masuk, lirik-lirik apa yang menarik. Setelah menonton secuil video mengenai Aqua, kami dipersilahkan untuk foto bersama dengan Irfan Hakim di ruang selanjutnya. Ahhh, ternyata kata-kata dari panitia tadi ada pengecualian. “Jika masih ada mas Irfan Hakim nya”. Dan kami pun harus kecewa untuk yang kedua kalinya karena gagal foto bersama.

Akhir kata aku ingin mengucapkan terima kasih terhadap segenap pihak yang membuat aku bisa bertandang ke Malang dan Surabaya. Pertama untuk panitia seminar yang diisi oleh mba Lim di Malang, kedua untuk mba Lim yang mengizinkan kami ikut dalam perjalanannya, ketiga untuk Dwi yang mengajakku dengan sebuah rayuan, keempat untuk Iis dan pacarnya yang Insya Allah jadi suaminya atas segala kebaikannya, dan terakhir, kelima untuk Fida atas segala jamuannya. Dan yang tak kalah utamanya adalah syukurku terhadap Allah atas segala nikmat dan karunia yang terkandung dalam pertemuan kami semua, khususan bertemu Iis setelah sekian lama tak bersua. Alhamdulillahirabbil’alamin.



1 komentar:

Unknown mengatakan...

"lucu toledor"
karena sy jg toledor.....switer kesayangan alias pataba hilang bgtu sj..yg smpai skrg entah dimana aku meninggalkannya...hahaha.....
#antara d pom 1, dkursi pinggir jalan, atau pom 2, bahkan di OJEK???
Entahlah.....