Borobudur?
Tau dong ya itu terdapat di mana. Sudah lama sekali menahan hasrat ingin
berkunjung ke salah satu dari 7 keajaiban dunia ini, dan akhirnya, seminggu yang lalu kesampaian juga ke sana. Alhamdulillah.
Hari
jumat 28 Maret 2014. Kelas kuliah pagi dimulai pukul 07.15 WIB. Karena hari itu
kelas kami (aku dan ka Maya) hanya ada satu mata kuliah, maka kami memutuskan
untuk mengunjungi warisan budaya yang menjadi kebanggaan Indonesia, Borobudur,
selepas kelas berakhir.
Oh iya, terlebih dahulu aku akan kenalkan siapa ka Maya. She is everything, buat pacarnya. hihihi. Ka Maya ini orang pertama yang aku kenal begitu aku memasuki babak baru di dunia pascasarjana UGM. Masih ingat pertama kali kenalan sama kaka ini di lantai 3 gedung lama FTP UGM. Saat itu aku nanya "mba Maya kapan jadwal pendaftaran ulangnya" kaka ini jawabnya "aku daftar ulangnya semalam". Aku pun bingung, apa iya kantor DAA nya buka sampai malam hari? Setelah mengobrol lama aku pun bisa memahami bahwa yang dimaksud "semalam" oleh ka Maya itu adalah "kemarin". hahaha. Kalau kereta yang dimaksud adalah motor, aku telah paham akan hal itu. Namun, semalam=kemarin, saat ngobrol dengan kaka inilah baru aku paham. Medan oh Medan. Kenal ka Maya dan teman-teman lainnya membuat rasa syukurku semakin bertambah. Aku selalu dikelilingi orang-orang baik dimanapun aku berada. Alhamdulillah. Curhat kan jadinya, aduuh, maap, maap. Back to the topic.
Sebelumnya
aku pernah baca di sebuah blog kalau dari terminal Jombor ada trayek bus
Jogja-Borobudur. Oleh karena hal tersebut itulah kami harus ke Jombor untuk
mendapatkan bangku di dalam bus tersebut. kami pun mencegat *bahasanya,hahaa*
bus kota di depan food park di area lembah UGM. Ternyata dan ternyata tidak ada
bus menuju Jombor yang melintas di sekitar situ. Kenek bus pertama yang
berhenti mengatakan “ayo naik sini saja, nanti turun di mirota kampus trus
nyambung lagi ke Jombor”. WEW, karena kami adalah orang asing di sini, kami pun
membiarkan bus pertama itu berlalu dengan harapan nanti akan ada bus berikutnya
yang menuju Jombor. Ternyata dan ternyata lagi, bus kedua pun menyarankan hal
yang sama seperti bus pertama tadi. Hahaha. akhirnya kami pun menumpang bus
kedua tadi tanpa ada harapan akan bus ketiga menuju Jombor. Harap maklum, kami
perantau dan hal ini biasa, punya perasaan takut dikibulin, diPHP-in, dan selalu
waspada di mana pun berada. *ngomong apa sih?*
Oke, perjalanan kami dimulai dengan menumpang bus kedua tadi, entah jalur berapa, aku lupa. Kemudian kami turun depan Mirota Kampus dan menunggu bus selanjutnya, D6, yang akan membawa kami menuju terminal Jombor. Perjalanan masih panjang. Tak lama kami menunggu, bus D6 tersebut pun melintas dan akhirnya kami benar-benar akan menuju Jombor. Setibanya di Jombor, apa yang kami cari? Bus yang menuju Borobudur lah ya, masa yang mau ke Solo. hahaha. Kata si bapak2 yang di sekitar jalur bus Borobudur tersebut "tunggu saja mba, sebentar lagi bus nya akan tiba". Maka sekali lagi kami menunggu bus. Pekerjaan menunggu ini memang pekerjaan yang bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun serta untuk apapun termasuk menunggu jodoh. Nah loh mulai ngalor-ngidul ngomongnya.
Singkat cerita kami pun telah duduk manis sambil kipasan di dalam bus Borobudur itu. Iya kipasan, karena bus-nya belum dilengkapi dengan AC. Halah sok banget nih aku, biasa pepanasan di jalan juga. hahaha. Bus yang kami tumpangi pun melaju membawa kami ke Borobudur. Walaupun bus itu sering berhenti menaik-turunkan penumpang, Alhamdulillah kami tiba di Borobudur sejam setelah keberangkatan kami. Selama sejam perjalanan itu aku sempat minta ijin ke ka Maya untuk tidur. Sumpah ngantuk banget tapi karena sungguh sangat panas dan gerah, mataku tak kunjung terpejam. Kipasan mulu. hahaha.
Sesampainya di terminal mini di Borobudur, kami pun disambut dengan para tukang becak dan delman yang menawarkan jasa pengantaran hingga depan pintu gerbang Candi Borobudur. Satu delman ditawari harga 15 ribu untuk 4 hingga 5 orang dalam satu delman tersebut. Sedangkan untuk becak 10 ribu untuk berdua. Karena hanya aku dan ka Maya, maka kami pun memutuskan untuk memilih sang becak. Tanpa tawar-menawar lagi, kami pun diantar oleh bapak becak hingga depan pintu gerbang Candi Borobudur. Ternyata eh ternyata, jarak dari terminal mini tadi hingga pintu gerbang lumayan dekat. Tak apalah, sebagai pengalaman dan juga turut membantu perekonomian sesama kita. :)
Cerita bersambung, tunggu cerita berikutnya,,hihihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar