Hidupku di kampus ternama ini diawali dengan masa matrikulasi khusus calon mahasiswa dari kementerian agama. Alhamdulillah selama ini biaya perkuliahanku ditanggung oleh kementerian agama melalui jalur beasiswa PBSB (Penerima Beasiswa Santri Berprestasi). Di IPB dikenal dengan sebutan BUD depag dan sekarang lebih dikenal dengan nama CSS MoRA IPB. Tidak mudah memegang peran sebagai santri bahkan mahasantri. Bukan sebagai suatu kebanggaan melainkan amanah yang tak mudah diemban. Oke, ini sebagai pengantar kisahku kali ini. Tapi bukan topik ini yang akan aku tengahkan dalam tulisan ini. Aku hanya ingin mengenang saat-saat pertama aku tiba di sini. Saat-saat bahagia menjalani hidup sebagai mahasiswa hingga tahun ke empat ini.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di kampus, orang yang pertama ku temui dan ku kenal adalah Elfa Najata, saat itu Elfa berada di kamar yang akan aku tempati selama matrikulasi. Ku pikir Elfa sekamar denganku. ternyata saat itu Elfa sedang menunggui Naima yang sedang sholat. Kemudian Naima orang kedua yang ku kenal dan menyusul Ummi. Mereka berdua adalah teman sekamarku, kamar 17 di Wisma Amarilis. Secara perlahan aku pun kenal dengan semua santri calon mahasiswa angkatan 44. Walau hanya sekedar tahu nama mereka tanpa ada tegur sapa atau obrolan ringan. Singkat cerita, dua bulan masa matrikulasi berakhir dan kami semua harus segera menempati asrama mahasiswa TPB.
ini foto CSS IPB 44 putri, 25 orang
putranya yang ini, 25 orang juga
Kehidupan di asrama tidak sulit buatku. Bertemu dengan orang-orang yang berbeda suku, bahasa, kepribadian bahkan berbeda agama. Aku sudah cukup terlatih untuk ini. Saat itu, aku ditempatkan di asrama A3 lorong 1. Di asrama ini satu kamar dijatahkan untuk 4 mahasiswi, namun kamarku, kamar 278 hanya diisi oleh 3 mahasiswi. Rakhmi adalah teman kamar yang baik dan perhatian. Aku tak menyangka bisa bertemu dan kenal dengannya. Bena pun tak kalah baiknya. Aku bahkan pernah dijemput untuk berlibur di rumah Bena. Hanya satu kekurangan yang ku temui dari mereka berdua selama setahun hidup bersama. Setiap akhir pekan aku ditinggalkan sendiri. Mereka berdua pulang ke rumahnya masing-masing yang secara kebetulan rumah keduanya berada di Bekasi. Hanya itu.
yang ini Bena, aku dan Rakhmi
kalau ini sebagian anak-anak lorong 1 A3
Setelah menempati asrama, seperti kampus-kampus pada umumnya. IPB juga punya ospek untuk mahasiswa baru. Malah di IPB punya 3 macam ospek. Mulai dari ospek TPB yang disebut MPKMB (Masa Perkenalan Kampus untuk Mahasiswa Baru), ospek fakultas yang disebut MPF (Masa Perkenalan Fakultas) sampai ospek departemen yang dinamakan MPD (Masa Perkenalan Departemen). Untuk tahun pertama di IPB, ospek yang aku jalani ya MPKMB itu. Dan setiap tahun nama acara MPKMB ini berubah sesuai topiknya. Kalau yang ini urusan panitia, aku kurang tahu. Aku pun tak tahu disebut apa itu, namakah, temakah, atau topik. Katakanlah disebut nama, yang aku aku tahu hanya nama MPKMB untuk angkatan 44 adalah AGRARIS 44. Kelompokku saat itu adalah Gazelle, rusa gurun yang bertanduk panjang. Ketua kelompok kami disebut pak lurah untuk putra dan bu lurah untuk putri. Muhamad Reza Pahlevi sebagai pak lurah (bakat pemimpin udah keliatan dari awal, sekarang udah menempati kursi presma di BEM IPB) dan Nurina Rachma Adiningsih yang menjadi bu lurah. Dua orang yang hebat.
Selama setahun, seluruh mahasiswa baru mengambil mata kuliah yang sama dengan jumlah sks yang sama. Agar adil dan masa ini berjalan lancar, semua mahasiswa juga wajib menempati asrama yang telah disediakan oleh kampus.
Usai masa perkenalan kampus, perkuliahan dimulai. Setelah mencari tahu mengenai pembagian kelas, aku pun siap menghadapi kelas baru. Bukan kelas seperti jaman Aliyah dulu. Kelas kuliah yang lebih dan sangat berbeda dengan kelas di sekolah. Aku terdaftar di kelas B11 bersama mahasiswa SPMB lainnya. Ada beberapa mahasiswa CSS juga yang selalu menjadi temanku di kelas. Ada Linda, juga Ummi dan Naima (udah sekamar di amarilis, sekelas pula saat TPB), serta Sobri. Kami dekat karena memang merekalah orang pertama yang ku kenal di sini. Walau hanya setahun, kebersamaan di kelas B11 ternyata meninggalkan jejak kenangan tersendiri. Kata orang masa TPB adalah yang paling sulit, namun bersama mereka semua bisa terlewati dengan baik.
personil B11 saat perpisahan kelas di KRB
Setahun berlalu. Masa TPB atau Tahun Persiapan Bersama telah berakhir. Saatnya aku memasuki babak baru kehidupan kampus yang sebenarnya. Mencari tempat berteduh baru di sekitar kampus. Asrama TPB hanya untuk setahun awal, sisanya nge-kost atau ngontrak. Tempat tinggal baruku di daerah babakan raya atau yang biasa disebut bara. Kami sesama anak CSS mencoba menyewa sebuah rumah untuk penginapan setahun kedepan. Ada Iam, Rizki, Dewi, Mita, Isti, Linda, Siti, Umi, dan juga Yeni di rumah yang kami sebut “Rumah Eyank” tersebut.
Tahun kedua hingga tahun keempat akan ditempuh di departemen masing-masing yang telah dipilih saat masih di bangku SMA. Departemen yang aku pilih adalah Teknik Pertanian yang saat ini telah berganti nama menjadi Teknik Mesin dan Biosistem. Departemen ini berada di bawah naungan Fateta (Fakultas Teknologi Pertanian). Seperti yang telah aku sebutkan sebelumnya, masih ada ospek lagi yang akan kita lalui ketika masuk ke departemen. Masa MPF hanya berjalan 3 hari dan aku tidak melalui keseluruhan rangkaian acaranya sebab saat itu aku sakit. Tapi aku ingat dengan nama AK-nya. AK 23 Turbulen, itulah namanya. Setiap AK ini terdiri dari beberapa mahasiswa dari ketiga departemen yang ada di Fateta. Kedua belas teman inilah yang menjadi kenalanku pertama di fakultas. Walaupun ada beberapa yang sudah saling mengenal antara aku dan dia. Seperti Bena, yang tak lain adalah teman kamarku sendiri semasa di asrama. Dan juga Irun, sekelas besar denganku saat TPB.
para anggota "Turbulen"
Setelah masa MPF ini berlalu, masih ada MPD lagi yang akan kita jalani. Masa perkuliahan depertemen sudah dimulai, MPD pun dimulai. Aku mengikuti semuanya dengan ikhlas, walaupun kadang aku tak menemukan inti dari tugas-tugas yang diperintahkan. Aku hanya berpikir, dengan ini aku bisa menjalin tali silaturahmi dengan mereka. Menurut aku, MPD ini adalah yang paling sulit ditaklukkan. Namun, dari semua ospek-ospek yang ada, MPD-lah yang paling berkesan. Outbond yang dilaksanakan di laboratorium lapangan dan malam inagurasi di segitiga mekflud menyisakan satu nama yang disebut kenangan. Bukan untuk siapa-siapa, tapi untuk rasa kebersamaan yang saat itu hadir. Semoga bisa jadi kenangan indah. Nama AK saat itu adalah “Perkolasi”.
Ini dia para anggota "Perkolasi" lagi menyanyikan yel-yel
Kelas baru di departemen yang aku masuki adalah kelas selamanya hingga lulus nanti. Kelas yang diberi nama ENSEMBLE (encourage, sporty, empathy, reliable) ini terdiri dari seratus lebih mahasiswa. Kelas ini dibagi menjadi 4 bagian kelas kecil untuk kepentingan praktikum dan responsi. Kelas A, B, C, dan D diurutkan sesuai dengan nomor pokok atau NIM. Karena NIM-ku berada di bagian akhir akupun masuk di kelas D. Selama ini, jika terdapat pembagian kelompok sesuai NIM maka aku tak akan repot mencari dimana tempatku. Sebab aku yakin pasti berada di kelompok paling akhir. Aku bisa dekat dan sangat dekat dengan kelas D karena setiap hari hanya wajah mereka yang muncul di hadapanku jika tiba waktu kuliah, responsi, atau praktikum. Saat ini aku baru sadar, bahwa yang bisa membuat erat pertemanan, persahabatan bahkan percintaan untuk sebagian teman-teman di kelas bukan ospek-ospek itu melainkan tugas kuliah.heheheh!
ENSEMBLE, (mau upload foto yang bagus kelamaan,,hehehe)
kelas D, praktikum IUW
Aku tak akan bercerita mengenai susahnya menjalani masa kuliah ini. Sebab semua pasti setuju bahwa yang namanya menuntut ilmu itu tidak mudah. Harus ada sesuatu yang dikorbankan. Entah itu materi, waktu bahkan jiwa raga jika diperlukan. Begitu yang aku rasakan selama 5 semester berada di TEP. Berbagai macam mata kuliah wajib dan juga penunjang telah terlewati. Begitu pun dengan seabreg tugas kuliah dan juga laporan praktikum telah lunas terbayar tuntas. Sekarang saatnya membuktikan semua jerih payah itu di Tugas Akhir yang sedang aku coba untuk memulainya dan dengan segera ingin mengakhirinya. Hampir 4 tahun hidupku di sini telah terkuras untuk perkuliahan. Semoga tak sia-sia aku melaluinya.
Waktu berlalu begitu cepat. Seakan tak mengizinkan siapapun untuk mengejarnya bahkan mendahuluinya. Secara sadar aku pun merasakan demikian. Hari pertama menginjakkan kaki di Bogor seperti masih terasa hingga saat ini. Gedung tinggi rektorat yang menjadi pemandangan indah pertama kali memasuki gerbang IPB. Hujan deras yang selalu mengguyur setiap sore. Petir dan guntur yang tak henti-hentinya menakutiku. Semua rasa akan indahnya masa itu sepertinya akan selalu hadir dimanapun aku berada. Aku akan sangat merindukan kota ini, kampus ini dan kehidupan saat ini jika nanti suatu saat aku pergi meninggalkannya. Banyak kenangan tak terlupakan yang ku lalui bersama mereka. Teman-teman CSS IPB, lorong 1 A3, kamar 278, Rumah Eyank, TEP44 dan semua yang tak sempat aku tuliskan di sini. Kenangan itu cukup untuk ku ceritakan pada anak cucuku nanti.
2 komentar:
Seriusan ni pet, jadi penulis aja atau ga buat sampingan gitu. Petri, bagus lho ngerangkai katanya. OK deh. hehehe. Kembangin lagi... Pokoknya suka tulisan, petri. <3
Yunsky :)
asiiiiik....Yunsky penggemar pertamaku,,aku catat..
doain yah biar konsisten nulisnya,,ini aja udah lama ga ngisi,,hehehe
Posting Komentar