Tes Potensi Akademik

Senin, 17 Juni 2013

Saat Memohon Surat Sehat dari Dokter

Tadi pagi gw baru saja jalan-jalan ke puskesmas Birobuli Palu, mau silaturahim sama dokter dan karyawan-karyawan di sana sekaligus mau minta surat keterangan sehat. Percaya diri gw sangat tinggi, bahwa gw memang sehat saat ini. Jadi tanpa ada rasa curiga sedikit pun, gw pun langsung mengajukan diri untuk minta nomor antrian. Pikir gw saat itu, setelah minta formulir, paling juga diukur tinggi badan, berat badan, sama golongan darah aja. Dan jika tebakan gw bener, yah paling sedikit hanya butuh waktu 10 menit untuk dapat tanda tangan dokternya. Jadi, dengan sengaja, gw suruh adek gw nungguin di parkiran, sambil berkata "bentar aja".
Ternyata oh ternyata, lama gw di dalam hampir sejam. Untungnya adek gw ngga jadi nunggu di parkiran tadi.

Di Loket dan Kasir

Dari parkiran gw langsung mencari loket untuk pendaftaran masuk ke dalam puskesmas. Tunggu bentar karena masih ada satu orang yang dilayani oleh petugasnya. Setelah orang itu selesai, gw ditanya sama bapak petugasnya.



"ada perlu apa dek?". 

"mmh, saya mau minta surat keterangan sehat pak"

"oh iya, ini di isi yah, abis itu balikin ke sini lagi"

Gw pun langsung mengisi formulir yang dikasih sama si bapak petugas itu. Banyak bla bla bla yang mesti di isi, dan gw isi seadanya yang gw tau. Dalam formulir itu, gw ngisi nama, tempat tanggal lahir, alamat, alasan meminta surat sehat, golongan darah, tinggi badan, dan berat badan. Sedangkan tentang kandungan HB, tekanan darah dan masih banyak lagi yang gw nggak familiar dengan itu gw lewatin aja. Pikir gw paling juga cuma itu yang ditulis di surat keterangan nanti.

Formulir gw balikin ke loket, dan gw diminta untuk membayar 33 ribu rupiah. Gw kaget, HAA? kok mahal banget bayarnya. Tapi biarlah, gw nggak ambil pusing. Gw bayar, formulir di cap "lunas" sama bapak tadi, trus gw disuruh ke ruang lab. 

Di Ruang Laboratorium

Saat gw celingak celinguk nyari lab.puskesmas itu, tiba-tiba BRUUUK. Gw tabrakan sama dokter muda yang cakep. Semua terjadi seperti momen di Ftv yang biasa kalian nonton #ah, yang jelas cerita tabrakan ini, hanyalah fiktif belaka sama seperti Ftv itu. hahaha

Lanjut ke ruang lab. di sana gw disuruh pipis #bukan di ruang lab itu yah, dengan jelas gw tulis, pipis di TOILET. Gw disuruh pipis bukan karena saat itu gw lagi kebelet, tapi si mba laborannya minta urine gw untuk diperiksa. Alhamdulillah urine gw masih ada dikit sisa pipis di rumah tadi, dan urine dikit yang tertampung itu nggak tumpah di toilet. Nggak kebayang kalau tumpah, gw harus nunggu lama biar urine gw keluar lagi. Setelah masalah urine ini selesai, sekarang giliran jari gw yang dipinjam sama mba nya. Jari gw ditusuk dengan jarum, trus darahnya diambil untuk diperiksa juga. Setelah mba laboran itu dapetin apa yang mereka butuh, gw diminta ke poli umum dengan membawa kertas hasil pemeriksaan laboratorium tadi.

Di Ruang Poli Umum

Depan ruang poli umum, gw nyerahin kertas itu. Mungkin mau dibuatin yang baru trus ditandatangani sama dokter. Dugaan gw salah, di sana gw masih diperiksa. Pemeriksaan tekanan darah oleh suster depan ruangan itu. Setelah diperiksa, lagi lagi gw diminta, diminta masuk ke dalam menemui dokternya. Nah, mungkin semua pemeriksaan sudah selesai dan saatnya dapat surat itu. Dan lagi lagi, gw salah. Ternyata masih ada pemeriksaan dari dokter umum. 

Kesan pertama saat masuk dan lihat dokternya. Wah, dokternya masih muda, cakep lagi, (yang ini bukan fiktif) udah nikah belum yah dia, kalau belum gw mau daftar, #daftarin dia nikah maksudnya, biar dia selamat dari cewek yang genit.

Tapi di mana-mana dokter itu memang profesional. Gw disuruh duduk, ditanya mau melanjutkan studi ke mana, pengen gw jawab "ke hatimu dok" tapi gw berlagak seolah-olah tidak terusik dengan ajakan ngobrolnya, gw jawab sekenanya. Lanjut, yang pertama diperiksa lidah gw, untung aja tadi udah sikat gigi dan gw nggak makan sesuatu yang berbau khas, oli misalnya. Diminta buka mulut, dan julurin lidah, weee, ini pertama kalinya gw meletin dokter. Setelah itu, giliran mata gw yang diperiksa, diberi cahaya sambil ditatap sama dokternya. Oke, kita ganti kata "ditatap" karena itu terlalu berlebihan, tepatnya sih di liat-liat apa ada sesuatu di mata gw. 

Tak cukup sampai disitu, gw pun dites dengan tes bernama "uji visi warna". Dari nama tesnya udah jelas kalau itu untuk menentukan apakah yang dites ini sedang buta warna atau tidak. Gw diliatin sebuah lingkaran satu warna, di dalamnya tertulis sebuah angka dengan warna lain. Gw diminta untuk menyebutkan angka berapa yang tertulis di dalam lingkaran itu. Angka pertama terlihat dengan jelas, itu angka 5 berwarna merah dalam lingkaran hijau muda. Angka kedua dst gw lupa angka berapa aja. Makin dalam halaman buku uji itu dibuka, angka yang tertulis makin tidak jelas, karena bukan hanya terdiri dari dua warna lagi seperti yang pertama kali dilihat. Dan alhamdulillah gw bisa nyebutin semua angkanya, walau ada satu yang gw ragu. Tapi hasil dari dokter tertulis kalau gw nggak buta warna. Alhamdulillah.

Setelah dokter tadi meriksa kesehatan gw dengan seksama. Gw diminta ke lt.2 menuju ruang tata usaha, di sana formulir yang gw isi di loket tadi, yang udah diisi sama laboran, diisi suster depan poli umum, dan udah dicorat-coret sama dokter diganti dengan selembar kertas baru. Dalam kertas itu terisi kalau gw dinyatakan sehat jasmani dan rohani serta tidak buta warna. Pernyataan itu dikatakan oleh dokter cakep tadi sesuai dengan janji/sumpah yang telah mereka ucapkan saat diangkat menjadi dokter. Dari ruang tata usaha, gw diminta kembali ke dokter cakep untuk minta persetujuan dari beliau atas pernyataan itu. Setelah garis-garis meliuk itu tertera di atas tulisan nama dokter tersebut, gw ngucapin ALHAMDULILLAH. Akhirnya selesai sudah.

Dari sini gw pun mulai paham kenapa bayarnya bisa mahal kayak tadi. Kalau untuk ilmu yang sudah dipelajari sama petugas laboratorium tadi, suster tadi, dan dokter cakep tadi. Bayar segitu juga udah dianggap murah sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras mereka semua saat menuntut ilmu. 
Saat gw lagi berselancar di dunia maya, iseng gw nyari tentang puskesmas tadi, dan ternyata puskesmas ini adalah salah satu dari 4 puskesmas di Sulawesi Tengah yang sudah berstandar ISO 9001. Ah, gw bangga dengan ini. Semoga pelayanannya semakin baik, ramah, dan disiplin.

2 komentar:

Hardiyanti Abdul Dorasa mengatakan...

Dr Fajrul Falah ya mba namanya :')

Spetriani Lamadau mengatakan...

Akhirnya gw buka lagi berkas2 file pendaftaran kemaren dan nyari surat keterangan sehat tersebut. Iya,,mba bener, namanya dr. Fajrul Falah, kok tau sih?
ah, jangan2 mba ini istrinya ya? atau pacarnya?
huwaaaa gw jadi malu...hahaha